Kecamatan di Gunungkidul Ini Alami Kekeringan Terparah  

Reporter

Sabtu, 1 Agustus 2015 07:05 WIB

Seorang warga saat mengantri untuk mendapatkan air bersih. Sebanyak empat desa di Kabupaten Bekasi mengalami kekeringan. Cibarusah, Jawa Barat, 28 Juli 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Gunungkidul - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan Kabupaten Gunungkidul masih menjadi daerah dengan kekeringan paling parah sepanjang musim kemarau yang sudah masuk Mei hingga Juli lalu. “Dan di wilayah Gunungkidul yang paling ekstrem terdampak kekeringan berada di Kecamatan Tepus,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Teguh Prasetyo kepada Tempo, Jumat, 31 Juli 2015.

Kecamatan Tepus dianggap paling parah mengalami kekeringan karena sudah lebih dari 60 hari, di daerah tersebut tidak turun hujan. Waduk-waduk dan sungai terpantau mulai mengalami pendangkalan dan warga sangat kesulitan mendapatkan air bersih.

Tepus merupakan wilayah paling selatan Gunungkidul yang langsung menghadap laut selatan. Selain Tepus, kecamatan lain di Gunungkidul yang juga akan mengalami kekeringan parah, menurut BMKG adalah Kecamatan Girisubo, Tanjungsari, dan Saptosari.

Berdasarkan data tersebut, Teguh meminta pemerintah kabupaten untuk mulai fokus menyediakan air bersih. Terutama untuk membantu daerah yang mengalami kekeringan dan belum didukung infrastruktur penyedia air bersih. “Sebab di daerah paling kering ini juga berpotensi membawa penyakit kemarau bagi warga, terutama yang menyerang pernapasan,” ujarnya.

Camat Tepus Gunungkidul Sukamto kepada Tempo mengatakan jika sejak sebulan terakhir seluruh telaga dan sungai di daerahnya sudah mengering. Pihak kecamatan dan Dinas Sosial juga mulai mengirimkan pengedropan air bersih dalam jumlah besar kepada warga di lima desa. “Setiap hari kami drop air delapan tangki, untuk seluruh desa,” ujar Sukamto.

Sukamto mengatakan belum mengajukan bantuan air bersih ke provinsi karena masih memiliki stok untuk sekitar sebulan ke depan. “Tapi kalau pemerintah DIY mau mengirimkan kami siap menerima sebagai tambahan stok,” ujarnya.

Adapun untuk daerah lain di Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut Teguh, rata-rata baru antara 40-50 hari tidak turun hujan. “Namun sebagian daerah itu sudah didukung saluran air,” ujar Teguh.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

7 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

10 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

34 hari lalu

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.

Baca Selengkapnya

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

40 hari lalu

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

44 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

46 hari lalu

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

46 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

51 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

55 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

57 hari lalu

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,

Baca Selengkapnya