Kerusuhan Tolikara, 31 Orang Diperiksa Polisi  

Reporter

Selasa, 21 Juli 2015 16:21 WIB

Wilayah Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua. id.wikipedia.org

TEMPO.CO, Jayapura - Empat hari pasca-kerusuhan Tolikara, Kepolisian Daerah Papua menyatakan telah memeriksa 31 saksi terkait dengan kerusuhan pada hari raya Idul Fitri, Jumat, 17 Juli 2015. "Dari 31 orang, 22 orang di antaranya warga sipil dan sembilan orang aparat keamanan. Terus masih ada lima orang saksi menunggu diperiksa," kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Patrige, Selasa, 21 Juli 2015.

Menurut Patrige, ada empat hal yang menjadi fokus kepolisian dalam kasus kerusuhan Tolikara, yakni penghasutan dan penyerangan, perusakan, pembakaran, serta penembakan atau dugaan penyalahgunaan senjata api terhadap para pelaku kerusuhan Tolikara. "Dalam penyidikan di Karubaga, polisi diperbantukan dari penyidik Polda Papua. Tim Laboratorium Forensik Mabes Polri juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan langsung membersihkan lokasi pembakaran," katanya.

Menurut Patrige, menurut hasil pemeriksaan sementara, para saksi menyebutkan massa tak membakar tempat ibadah secara langsung. Tapi bagunan itu terbakar bersamaan dengan bangunan kios yang berada di sekelilingnya. “Api merembet dan membakar musala yang kebetulan berdekatan dengan bangunan kios yang dibakar. Saat pembakaran ini, musala dalam keadaan kosong. Sebab saat itu sedang melaksanakan salat Idul Fitri di halaman Koramil 1702/WMS,” katanya.

Patrige juga mengatakan pihaknya berharap dalam dua hari ke depan pendekatan yang dilakukan Dandim, Kapolres, dan Bupati Tolikara dapat membantu mempercepat penyelidikan dan penyidikan. "Kami juga berharap mereka yang tak mengetahui kejadian di Tolikara tak menyulut kasus Tolikara berkembang ke arah lainnya. Kepada masyarakat luas, kami berharap apabila tak mengetahui secara jelas kasus di Tolikara, tak memberikan komentar berlebihan yang bisa memicu konflik lain nantinya,” katanya.

Staf Khusus Presiden untuk Papua Lenis Kogoya, yang turun langsung ke lokasi kejadian di Karubaga, telah memiliki sejumlah dokumen yang akan diserahkan dan dilaporkan langsung kepada Presiden Joko Widodo. "Ada aktor intelektualnya. Saya sudah kantongi siapa dalangnya, baik dari pihak gereja, aparat keamanan, maupun pemerintah daerah. Pelakunya harus diproses hukum. Jika mereka yang punya kewenangan di daerah itu tak mampu, bisa mundur dari jabatannya,” katanya, Selasa, 21 Juli 2015.

Menurut Lenis, kasus penyerangan pemeluk agama lain yang sedang beribadah ini merupakan kasus pertama di Papua. "Sebab selama ini, bahkan sejak Papua bergabung dengan Indonesia, tak pernah ada konflik antar-umat agama. Pihaknya meminta kepada semua pihak tak menggiring kasus kerusuhan Tolikara ke masalah suku, agama, ras, dan antar-agama.

Lenis juga mengatakan masyarakat Papua selalu menghargai siapa pun yang beribadah sesuai dengan keyakinannya. "Kerusuhan di Tolikara ini sangat aneh. Sebab selama ini Papua selalu menjadi contoh kerukunan umat beragama bagi wilayah Indonesia di mana pun. Kasus Tolikara bukan cerminan budaya dan adat istiadat bagi masyarakat asli di Papua.”

Selama ini, kata Lenis, biasanya kasus yang terjadi di Papua adalah perang suku, dan bukan konflik antar-umat agama. "Di dalam perang suku pun, siapa pun yang bertikai, selalu menghormati umat yang sedang beribadah dengan keyakinannya masing-masing," ucapnya.

Menurut dia, saat terjadi perang suku, warga pendatang atau siapa pun yang sedang beribadah selalu tak pernah terkena imbas perang itu. Begitu pun tempat ibadah di mana pun bangunan itu berada. "Sebab budaya kami adalah menghormati siapa pun yang beribadah dengan keyakinannya masing-masing," tuturnya.

CUNDING LEVI

Berita terkait

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa yang Masuk Kategori Pelat Nomor Khusus?

2 jam lalu

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa yang Masuk Kategori Pelat Nomor Khusus?

Apa itu pelat nomor khusus dan bagaimana aturannya termasuk saat masuk wilayah sistem ganjil-genap?

Baca Selengkapnya

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba Sejak September 2023

3 jam lalu

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba Sejak September 2023

Polisi juga telah menangani 10 kasus narkoba menonjol sejak 14 Maret hingga 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Ancaman Polri kepada Personel yang Terbukti Gunakan Narkoba

5 jam lalu

Ancaman Polri kepada Personel yang Terbukti Gunakan Narkoba

Polri bakal langsung memecat anggota kepolisian yang terbukti mengkonsumsi narkoba.

Baca Selengkapnya

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

2 hari lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

2 hari lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

2 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

3 hari lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

3 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

3 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

4 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya