11 Orang Meninggal Akibat Krisis Pangan di Papua  

Reporter

Editor

Natalia Santi

Minggu, 19 Juli 2015 11:00 WIB

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Papua menyerahkan bantuan kepada korban krisis pangan di Kabupaten Puncak, Lani Jaya dan Nduga, 17-19 Juli 2015. (Foto: BNPB)

TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca ekstrem yang menyebabkan krisis pangan di Papua telah menelan korban. Sebelas orang meninggal dunia, lima di antaranya balita dan dua anak-anak.

Akibat cuaca ekstrem, sebagian wilayah Papua dilanda kekeringan, setelah mengalami hujan salju.

Hujan salju yang terjadi di Kabupaten Nduga, Kabupaten Lani Jaya, dan Kabupaten Puncak, Provinsi Papua, selama sepuluh hari sejak 1 hingga 10 Juli 2015 menyebabkan pertanian puso atau gagal panen.

"Pada 1-6 Juli terjadi hujan es ringan, 7-10 Juli hujan es deras berupa salju," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, mengutip Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Puncak Jaya, kepada Tempo, Ahad pagi, 19 Juli 2015.

Salju yang turun menutupi tanaman ubi. Setelah salju mencair, dedaunan ubi mengering dan ubinya menjadi beracun sehingga tidak dapat dikonsumsi.

"Umbi-umbian dan hasil kebun tidak ada yang bisa dipanen. Cuaca dingin juga menyebabkan ternak mati dan sebagian warga sakit," kata dia.

Tiga kabupaten yang dilanda hujan salju tersebut adalah Kabupaten Nduga, Puncak, dan Lani Jaya.

Yang paling parah melanda 21 kampung di enam distrik dengan jumlah penduduk 20.160 KK. ''Distrik yang terdampak parah adalah Distrik Kuyawage, Wano Barat, Kuwa Balim, Utpagga, Nenggejadin, dan Agundugame,'' kata Sutopo.

Lokasi yang berada di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan adanya keterbatasan kebutuhan dasar seperti makanan, kebutuhan bayi/anak, obat-obatan, dan radio komunikasi menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Lani Jaya ada sebelas orang meninggal dunia akibat krisis pangan yang disebabkan kekeringan dan hujan salju tersebut. Lima di antaranya balita, dua anak-anak, dan empat dewasa.

Nama-nama korban antara lain Min Tabuni, 3 tahun, Bule Murib (3), Tepas Murib (2), Ubas Tabuni (1 tahun 6 bulan), Alin Talenggen (3 bulan), Tondis Tabuni (10), Kanik Tabuni (15), Logiwarak Telenggen (65), Nagaraj Nagaraj Telenggen (60), Weragun Walia (68), dan Wenus telenggen (24).

BNPB menerima laporan kejadian tersebut dari BPBD Papua pada 14 Juli 2015.

Kepala BNPB Syamsul Maarif telah memerintahkan Deputi Penanganan Darurat BNPB segera mengirimkan bantuan berkoordinasi Kementerian Sosial, BPBD Papua, dan pemerintah daerah setempat.

Bantuan makanan 13,4 ton yang ada di BPBD Papua dan 15 ton beras dikirim ke Kabupaten Nduga, Kabupaten Lani Jaya, dan Kabupaten Puncak pada 17-19 Juli 2015. Pada 17Juli 2015 bantuan beras dan logistik telah didistribusikan ke Distrik Agundugame, Kabupaten Puncak, dan Distrik Kuyawage, Kabupaten Lani Jaya.

Pengiriman bantuan dengan pesawat carter Susy Air menggunakan landasan darurat yang ada di dekat daerah terdampak. BNPB menyiapkan dana siap pakai Rp 250 juta untuk pengiriman logistik. Untuk menjangkau Distrik Kuyawage, Wano Barat, dan Kuwa Balim, Kabupaten Lani Jaya, diperlukan waktu sepuluh hari jalan kaki dari ibu kota Lani Jaya.

SUPRIYANTHO KHAFID | NATALIA SANTI

Berita terkait

Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

4 hari lalu

Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

Inisiatif lokal untuk mitigasi krisis pangan lahir di jalan gang di Kelurahan Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur. Berbekal dana operasional RT.

Baca Selengkapnya

Gaza Krisis Pangan, Australia Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

43 hari lalu

Gaza Krisis Pangan, Australia Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengumumkan Australia akan melanjutkan pendanaan untuk UNRWA.

Baca Selengkapnya

Solihin GP Penggagas Tanam Padi Gogo Rancah: Kalau Gorah Gagal, Saya Siap Dilinggis

52 hari lalu

Solihin GP Penggagas Tanam Padi Gogo Rancah: Kalau Gorah Gagal, Saya Siap Dilinggis

Solihin GP penggagas sistem tanam padi gogo rancah untuk mengatasi krisis pangan. Apa itu gogo rancah?

Baca Selengkapnya

We Are the World 1985, Lagu Legendaris Musisi Usa For Africa Buat Atasi Kelaparan Ethiopia

28 Januari 2024

We Are the World 1985, Lagu Legendaris Musisi Usa For Africa Buat Atasi Kelaparan Ethiopia

Pada hari ini, 28 Januari, di 1985, kumpulan musisi USA for Africa merilis single hits yang legendaris, We Are the World bantu atas kelaparan Ethiopia

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un Gusar Korut Krisis Pangan Parah: Masalah Politik Serius

25 Januari 2024

Kim Jong Un Gusar Korut Krisis Pangan Parah: Masalah Politik Serius

Kim Jong Un mengatakan krisis pangan di Korea Utara adalah masalah politik yang serius.

Baca Selengkapnya

TPN Ganjar-Mahfud Bicara Strategi Atasi Krisis Pangan tanpa Babat Hutan seperti Food Estate

24 Januari 2024

TPN Ganjar-Mahfud Bicara Strategi Atasi Krisis Pangan tanpa Babat Hutan seperti Food Estate

Menurut Heru, Ganjar tidak akan melanjutkan program lumbung pangan (food estate) seperti dijalankan sekarang.

Baca Selengkapnya

Amran Sulaiman Janji Lanjutkan Seluruh Proyek Food Estate: Ini Masalah Perut dan..

2 November 2023

Amran Sulaiman Janji Lanjutkan Seluruh Proyek Food Estate: Ini Masalah Perut dan..

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan akan melanjutkan megaproyek lumbung pangan atau food estate. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Ditolak PM India Narendra Modi Saat Minta Impor Beras: Saya Sudah Bicara, Tidak Berani Melepas

31 Oktober 2023

Jokowi Cerita Ditolak PM India Narendra Modi Saat Minta Impor Beras: Saya Sudah Bicara, Tidak Berani Melepas

Presiden Jokowi menceritakan dirinya pernah berbicara dengan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk mendapat kuota impor beras. Hasilnya?

Baca Selengkapnya

Ekonom Nilai Tingginya Impor Beras Menandakan Indonesia Rentan Mengalami Krisis Pangan

28 Oktober 2023

Ekonom Nilai Tingginya Impor Beras Menandakan Indonesia Rentan Mengalami Krisis Pangan

Indonesia akan terus terekspos dengan risiko impor beras selama tidak mampu swasembada.

Baca Selengkapnya

Krisis Pangan Semakin Nyata, SPI: Perlu Reforma Agraria dan Kedaulatan Pangan

16 Oktober 2023

Krisis Pangan Semakin Nyata, SPI: Perlu Reforma Agraria dan Kedaulatan Pangan

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan penyebab utama ancaman krisis pangan berkaitan dengan orientasi tata kelola pangan

Baca Selengkapnya