Dewan Pers Ajak Jurnalis Profesional Bikin Perusahaan Pers  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Senin, 15 Juni 2015 06:19 WIB

Mantan Wakil Ketua Dewan Pers, Leo Batubara (kanan), bersama Ketua Komisi Hukum Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, beri keterangan kepada media perihal pemeriksaan saksi ahli dewan pers yang diperiksa oleh penyidik bareskrim Polri terkait majalah TEMPO di gedung dewan pers, Jakarta, 3 Maret 2015. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO , Malang - Wakil Ketua Komisi Pengaduan Dewan Pers, Imam Wahyudi mengajak jurnalis profesional untuk mendirikan perusahaan pers. Tujuannya, memberikan keberimbangan informasi dan media massa yang selama ini dikuasasi 12 kelompok media.

"Diversifikasi media, kepemilikan media akan menghadirkan media yang sehat," katanya dalam diskusi media "Membedah Malapraktik Media Siber" di Universitas Merdeka Malang, Minggu 14 Juni 2014.

Jurnalis militan dan loyal kepada publik, katanya, akan menjadi kekuatan baru dalam memberikan berita yang sehat. Termasuk gerakan aktivis mahasiswa, harus bergerak menggunakan media siber. Seperti pada 1998, para aktivis menggunakan diskusi, dan membagikan tulisan kritis kepada pemerintah di internet untuk menghindari bredel.

Pertumbuhan media siber signifikan setiap tahun. Lantaran infrastruktur jaringan internet semakin baik dan tersebar di pelosok desa. Pembaca berita, pendengar radio dan penonton siaran televisi di media siber terus tumbuh. Rata-rata dua tahun terakhir bertambah dua sampai tiga kali lipat. Sebagian besar mengakses internet menggunakan gadget.

"Jika dikelola dengan baik, bakal mencegah oligarki dan monopoli media massa," ujarnya. Media alternatif itu, katanya, dibutuhkan jika media arus utama tak dipercaya atau tidak memperjuangkan kebutuhan publik. Tak hanya menyedia teks, tapi audio dan video sebagai sebuah terobosan menghadapi konvergensi media.

Sementara itu, Jurnalis Independen (AJI) Malang mendorong Pemerintah atau Dewan Pers mengeluarkan regulasi untuk membatasi kepemilikan media massa. Mengingat sebanyak 12 kelompok media menguasai produk media massa di tanah air. "Terjadi monopoli dan oligarki. Harus dihentikan," Kata Ketua AJI Malang, Hari Istiawan.

Praktik monopoli media, katanya, mengancam independensi ruang redaksi dan berimplikasi terjadinya monopoli informasi dan pemberitaan. Apalagi sebagian pemilik media berafiliasi dengan partai politik sehingga rawan menggunakan media untuk kepentingan politik seperti dalam Pemilihan Presiden lalu.

Sementara tahun ini tengah bergulir pemilihan kepala daerah. Hari juga mengingatkan konvergensi media yang mulai dilakukan kelompok media itu. Konvergensi media juga membawa dampak terhap beban kerja jurnalis. Seorang jurnalis bekerja menulis berita, mengambil foto, dan video. Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh reporter, fotograferdan videografer.

Meski beban bertambah, namun jurnalis tak mendapat tambahan penghasilan. AJI Malang juga mengkritik media siber yang enyajikan berita vulgar, dan berdarah-darah layaknya koran kuning pada 1980-an. Mengabaikan dampak pemberitaan, etika dan pedoman media siber. Kerap menimbulkan malapraktik dalam kerja jurnalistiknya.

Meski berumur relatif muda dibanding media lain, media siber paling banyak dikeluhkan dan dilaporkan ke Dewan Pers. Demi mengejar kecepatan, eksklusifitas, hits, dan klik mereka mengabaikan akurasi, dan melanggar kaidah jurnalistik. "Juga banyak melanggar pedoman media siber," ujarnya.

AJI Malang menolak dana APBD/APBN untuk jurnalis. Tak hanya menciderai dan melecehkan jurnalis, dana tersebut mengarah kepada tindak pidana korupsi. Pemerintah didesak untuk mengalokasikan dana untuk kepentingan yang jauh lebih bermanfaat bagi kepentingan publik.

"Praktik semacam itu mempengaruhi independensi jurnalis," ujarnya. AJI Malang mendesak perusahaan media untuk memberikan upah yang layak. Memberikan jaminan sosial, agar jurnalis nyaman dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Meminta perusahaan media menghentikan praktik tak manusiawi dalam mempekerjakan jurnalis. Seperti memperkerjakan jurnalis tanpa status yang jelas dan upah yang layak. Kesejahteraan jurnalis berimplikasi pada hasil karya jurnalistik yng dihasilkan dan berkait erat dengan profesionalisme dan independensi pers.

EKO WIDIANTO

Berita terkait

Dewan Pers Minta Kampus Taati Perjanjian Penguatan dan Perlindungan Pers Mahasiswa

4 jam lalu

Dewan Pers Minta Kampus Taati Perjanjian Penguatan dan Perlindungan Pers Mahasiswa

Sengketa jurnalistik pers mahasiswa kini ditangani oleh Dewan Pers. Kampus diminta taati kerja sama penguatan dan perlindungan pers mahasiswa.

Baca Selengkapnya

Perkuat Kredibilitas Media Digital, AMSI dan RSF Luncurkan Journalism Trust Initiative

8 jam lalu

Perkuat Kredibilitas Media Digital, AMSI dan RSF Luncurkan Journalism Trust Initiative

AMSI dan RSF meluncurkan program sertifikasi media bertajuk Journalism Trust Initiative di Indonesia untuk memperkuat kredibilitas media digital.

Baca Selengkapnya

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

14 hari lalu

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

Isu penanganan sampah kembali mencuat di tengah perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Sebagian di antaranya berupa sampah plastik.

Baca Selengkapnya

Kronologi Penganiayaan Jurnalis Sukandi Ali oleh Prajurit TNI AL di Halmahera Selatan

16 hari lalu

Kronologi Penganiayaan Jurnalis Sukandi Ali oleh Prajurit TNI AL di Halmahera Selatan

Baru-baru ini terjadi penganiayaan jurnalis Sukandi Ali oleh 3 prajurit TNI AL di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Begini kejadiannya.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

21 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

24 hari lalu

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

Penganiayaan jurnalis oleh 3 anggota TNI AL terjadi di Halmahera Selatan. Ini respons Dewan Pers, AJI, dan KontraS. Apa yang ditulis Sukadi?

Baca Selengkapnya

Dewan Pers dan Kemendikbudristek Teken Perjanjian Penguatan dan Perlindungan Pers Mahasiswa

24 hari lalu

Dewan Pers dan Kemendikbudristek Teken Perjanjian Penguatan dan Perlindungan Pers Mahasiswa

Dengan perjanjian kerja sama ini, semua sengketa pemberitaan pers mahasiswa akan ditangani seperti layaknya pers umum, yaitu melalui Dewan Pers.

Baca Selengkapnya

Tempo Sebut Bahlil Sebarkan Misinformasi Putusan Dewan Pers

25 hari lalu

Tempo Sebut Bahlil Sebarkan Misinformasi Putusan Dewan Pers

Dewan Pers menilai substansi liputan Tempo tentang permainan pencabutan Izin Usaha pertambangan (IUP) tak melanggar etik.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

26 hari lalu

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

Dewan Pers mengungkap motif penganiayaan oleh 3 anggota TNI AL itu. Korban dipaksa menandatangani 2 surat jika penganiayaan ingin dihentikan.

Baca Selengkapnya

Jurnalis Dianiaya 3 Anggota TNI AL, Dewan Pers Desak Tiga Hal

26 hari lalu

Jurnalis Dianiaya 3 Anggota TNI AL, Dewan Pers Desak Tiga Hal

"Dewan Pers akan memantau betul peristiwa ini, memastikan proses hukumnya berjalan, dan memastikan korban dalam perlindungan," ujar Arif Zulkifli.

Baca Selengkapnya