Greenpeace Serukan Pemerintah Serius Soal Energi Terbarukan

Reporter

Minggu, 31 Mei 2015 04:50 WIB

Aktivis lingkungan hidup membentangkan poster saat aksi flash mob di area APD Perusahaan Listrik Negara Jawa Barat-Banten di Bandung, 30 Mei 2015. Aksi dari Greenpeace Indonesia ini memprotes program energi pemerintah 35.000 MW. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO , Jakarta: Aktivis Greenpeace bersama sejumlah warga melakukan aksi kreatif berupa flash mob atau aksi seni kreatif di keramaian beberapa kota, yaitu di Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Padang, Pekanbaru, dan Purwokerto.



Kegiatan ini menyoroti permasalahan perubahan iklim akibat penggunaan bahan bakar fosil berlebih serta perusakan hutan (deforestasi). Aksi kreatif ini adalah bagian dari Global Day of Action, yang merupakan mobilisasi di lebih dari 30 negara di seluruh dunia untuk menyerukan perlunya aksi mengatasi perubahan iklim.



Organisasi lingkungan ini menyerukan pemerintah untuk bangun dan beraksi mengatasi bencana global ini dengan beralih ke pengembangan energi terbarukan dan memperkuat kebijakan moratorium hutan.



“Apabila Pemerintah gagal mengurangi emisi karbon dari dua sumber emisi terbesar di atas, maka bisa dipastikan Indonesia tidak dapat memenuhi komitmen penurunan emisi yang telah disampaikan pemerintah kepada dunia,” ujar Hindun Mulaika, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia dalam rilisnya, Sabtu, 30 Mei 2015.



Saat ini pemerintah bermaksud mengembangkan program energi sebesar 35.000 MW untuk Indonesia, dimana 60%nya berasal dari PLTU yang berbahan bakar batubara. Hal ini menunjukkan bahwa sampai 20 tahun ke depan Indonesia masih bergantung pada batubara sebagai sumber energi.



Advertising
Advertising

Padahal, energi batubara adalah salah satu sumber energi fosil yang paling kotor, salah satu penyebab perubahan iklim dengan dampak yang sangat merugikan. Sayang sekali pemerintah tidak mengembangkan potensi sumber energi terbarukan seperti panas bumi, panas matahari, dan angin. Cadangan geothermal di Indonesia mencapai 40% dari total cadangan dunia.



Di Indonesia, aksi ini serentak dilakukan dengan pesan kuat menyoroti rencana pembangunan PLTU Batang, yang diklaim sebagai PLTU terbesar se-Asia Tenggara. “Kami mendesak kepada Presiden Jokowi membatalkan rencana pembangunan PLTU Batang, yang akan merugikan ribuan nelayan dan petani karena kehilangan mata pencaharian mereka, jika proyek PLTU ini dibangun,” kata Hindun..



Selama empat tahun, warga Batang melakukan berbagai cara menolak rencana pembangunan proyek kotor ini. Selain 25 aksi yang mereka lakukan, mereka juga telah beraudiensi dengan Kementerian Perekonomian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Komnas HAM, DPR, hingga ke Jepang untuk bertemu langsung dengan investor.



Hingga saat ini warga masih mempertahankan 25,4 hektar lahan dari 226 hektar lahan yang akan dipakai membangun PLTU. Adapun sebagian besar lahan tersebut meliputi persawahan subur dan wilayah perikanan tangkap yang produktif sehingga berpotensi membahayakan mata pencaharian lebih dari puluhan ribu nelayan dan petani setempat.



“Pembangunan PLTU bertenaga batu bara ini bertentangan dengan salah satu visi Presiden Joko Widodo dalam Nawacita, yaitu kedaulatan pangan," kata Hindun. Sudah saatnya Presiden Joko Widodo memimpin revolusi energi dengan memilih sumber energi yang lebih baik aman dan lebih hijau berkelanjutan, ujarnya, bukan memilih batu bara sebagai kontributor terbesar perubahan iklim.



UWD


Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

1 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

3 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

3 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

6 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

7 hari lalu

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah KKP yang menangkap kapal ikan pelaku alih muatan (transhipment) di laut.

Baca Selengkapnya

Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

17 hari lalu

Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

Pendiri perusahaan teknologi Microsoft, Bill Gates, mengatakan bahwa ada tiga profesi yang tahan dari AI. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

23 hari lalu

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.

Baca Selengkapnya

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

27 hari lalu

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

Penggemar K-Pop global dan Indonesia meminta Hyundai mundur dari investasi penggunaan PLTU di Kalimantan Utara.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

35 hari lalu

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

Terpopuler: Grab Indonesia evaluasi SOP pelayanan buntut kasus pemerasan, deretan barang mewah dari Harvey Moeis untuk artis Sandra Dewi.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

37 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya