Tiga Negara Menolak, Pengungsi Rohingya Terombang-ambing  

Reporter

Editor

Anton William

Jumat, 15 Mei 2015 17:28 WIB

Imigran etnis Rohingya menaiki truk militer menuju ke tempat penampungan sementara di Seunudon, Aceh Utara, 10 Mei 2015. Diperkirakan terdapat 7.000-8.000 etnis Rohingya yang terdampar setelah melarikan diri dari Myanmar. AP/S. Yulinnas

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Manahan Simorangkir mengatakan Indonesia bukan tujuan akhir para pengungsi etnis muslim Rohingya. Menurut dia, pengungsi yang berasal dari Myanmar itu tak sengaja masuk ke perairan Indonesia. "Mereka (pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh) salah jalan," kata Manahan di Tanjung Priok, Jakarta, Jumat, 15 Mei 2015.

Ketidaksengajaan para pengungsi itulah yang membuat TNI AL tak mengerahkan kapal perang untuk menghalau mereka. Kepala Staf Angkatan Laut Ade Supandi mengatakan pengungsi Rohingya bukan merupakan urusan TNI AL. "Itu sudah di tangan Kementerian Luar Negeri dan pemerintah daerah," kata Ade.

Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Mochamad Fuad Basya menambahkan, terdapat dua kelompok pengungsi Rohingya yang masuk ke Indonesia melalui jalur laut. Kelompok pertama berjumlah 500 orang dan berlabuh di Pantai Blang Geulumpang, Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara.

Hingga saat ini, ratusan pengungsi ini masih ditahan di kantor imigrasi setempat. Menurut Fuad, Kementerian Luar Negeri menginstruksikan agar para pengungsi tersebut tidak dipulangkan dahulu. Adapun kelompok kedua ditemukan di lepas pantai perairan Aceh oleh KRI Sutanto.

Kapal pengungsi berukuran besar itu menampung ribuan pengungsi Rohingya. Berbeda dengan kelompok pertama, kelompok kedua ini diarahkan ke perairan. Menurut Fuad, para pengungsi tersebut meminta diarahkan ke Malaysia.

Fuad mengatakan kapal besar yang menampung ribuan orang Rohingnya dengan keadaan mengkhawatirkan itu dibekali makanan terlebih dahulu sebelum diarahkan ke Malaysia. "Juga kami bekali bahan bakar kapalnya. Kami memperlakukan mereka dengan sangat baik," ujar Fuad.

Diperkirakan 7.000-8.000 pengungsi Rohingya Myanmar dan Bangladesh terombang-ambing di Laut Andaman dan Selat Malaka. Mereka dikhawatirkan kelaparan karena ditolak masuk ke Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Badan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan pemerintah negara-negara ASEAN tengah bermain-main dengan nyawa orang. UNHCR menuding negara-negara ASEAN bermain "pingpong maritim".

"Kami terus mendesak negara-negara kawasan itu berbagi tanggung jawab menangani krisis kemanusiaan ini. Seharusnya prioritas utama adalah menyelamatkan nyawa dan menyediakan bantuan kemanusiaan," kata juru bicara UNHCR, Vivian Tan, seperti dilansir Channel News Asia.



INDRA WIJAYA | REZA ADITYA


Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

24 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

Pendaftaran Bintara PK TNI AL Hingga 11 Agustus, Cek Persyaratannya di Sini

27 Juli 2022

Pendaftaran Bintara PK TNI AL Hingga 11 Agustus, Cek Persyaratannya di Sini

Pendaftaran Bintara PK TNI AL dibuka hingga 11 Agustus secara online. Cek syaratnya di sini.

Baca Selengkapnya

Pendaftaran Taruna Akademi Angkatan Laut Dibuka 25 April, Ini Cara Mendaftarnya

13 April 2022

Pendaftaran Taruna Akademi Angkatan Laut Dibuka 25 April, Ini Cara Mendaftarnya

Pendaftaran Taruna Akademi Angkatan Laut dibuka mulai 25 April hingga 27 Mei 2022. Siswa berijazah SMA dapat mendaftar dengan ketentuan nilai berikut.

Baca Selengkapnya

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

31 Desember 2021

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

Saat mendarat, para pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan.

Baca Selengkapnya

Perwira TNI AL Ikut Sembalun Seven Summit: 7 Puncak dalam 5 Hari, Target 3 Hari

6 Juni 2021

Perwira TNI AL Ikut Sembalun Seven Summit: 7 Puncak dalam 5 Hari, Target 3 Hari

Seorang perwira TNI AL, Letnan Kolonel Laut (T) Andry Kuswoyo berhasil menjalani Sembalun Seven Summit dalam lima hari.

Baca Selengkapnya

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

1 Juni 2021

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

Pengungsi Rohingya ini protes terhadap kondisi kehidupan di pulau Bhashan Char, Bangladesh, yang rawan topan.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

28 Januari 2021

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pemerintah Bangladesh akan merelokasi 2-3 ribu pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char.

Baca Selengkapnya

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

8 Januari 2021

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

Hampir 100 etnis Rohingya ditahan oleh kepolsiain Myanmar dalam sebuah penggerebekan. Mereka dituduh melakukan perjalanan ilegal.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

24 Desember 2020

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

Justice for Myanmar merilis laporan yang menyebut perusahaan Israel menjual teknologinya ke militer Myanmar untuk melakukan genosida terhadap Rohingya

Baca Selengkapnya

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

12 Desember 2020

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

Seorang janda Rohingya menuntut kompensasi US$ 2 juta atas kematian suaminya yang dibunuh oleh tentara Myanmar di Inn Din, Myanmar barat, pada 2017.

Baca Selengkapnya