Keluarga Tidak Percaya Azhary Nurdin Bunuh Diri di UNM
Editor
Grace gandhi
Rabu, 15 April 2015 06:24 WIB
TEMPO.CO, Makassar - Keluarga Azhary Nurdin, 33 tahun, alumnus mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM) tidak mempercayai korban tewas bunuh diri. Azhary Nurdin ditemukan tewas di Menara Phinisi UNM pada Senin, 13 April 2015.
"Tidak mungkin anakku bunuh diri. Saya tidak percaya anakku mau nekad melompat dari menara itu," kata ibunda Azhary, Rostiati, saat ditemui di kediamannya, Kompleks BTN Dewi Kumalasari, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Selasa, 14 April.
Namun, keluarga Azhary juga enggan menuding bahwa anak mereka telah dibunuh. Rostiati berharap kepolisian mengusut tuntas penemuan mayat anaknya di lantai lima Menara Phinisi. Toh, selain bunuh diri dengan melompat, banyak kemungkinan lain, seperti Azhary mengalami kecelakaan sehingga terjatuh atau ada seseorang yang sengaja mendorongnya.
Rostiati menambahkan pihaknya juga curiga anaknya tidak seorang diri saat berada di Menara Phinisi. Terlebih, informasi yang diperolehnya untuk naik ke puncak menara bukan perkara mudah lantaran tangga dan lift tidak sampai ke lantai 17 di puncak menara itu. "Tidak mungkin naik sendiri, pasti ada orang yang menemani. Mau apa juga anakku ke sana sendirian?" tutur Rostiati sembari terus menyeka air matanya.
Ayah Azhari, Andi Nurdin, mengatakan keluarga meminta kepolisian mengusut tuntas penyebab kematian anaknya. "Kami percaya polisi profesional. Karena itu, apapun hasilnya pasti kami terima," kata Andi Nurdin.
Disinggung soal keseharian Azhary, Nurdin menyebut putra pertama dari empat bersaudara itu adalah sosok penyabar dan humoris.
Selama ini, menurut ayahnya, Azhary juga tidak pernah terlibat masalah dengan siapapun. Korban juga tidak pernah mengeluh kepada keluarga tentang adanya persoalan yang menimpanya. Apalagi soal keuangan, keluarga Azhary memang termasuk berkecukupan. "Dia cuma pernah curhat soal ijazah magisternya yang belum keluar. Itu saja, tak ada masalah lain," kata Andi Nurdin.
Azhary Nurdin dikenal sebagai sosok berprestasi dan multitalenta. Azhary Nurdin menyelesaikan masa studi program pendidikan bahasa Inggris pascasarjana UNM selama dua tahun dengan hasil cum-laude dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,97. Sebelumnya, Azhary menempuh pendidikan pada jurusan sastra Inggris Universitas Hasanuddin dengan IPK 3,68. Namun, saat itu masa studinya sampai tujuh tahun karena aktif ikut organisasi.
Andi Nurdin mengatakan Azhary mempunyai banyak keahlian, seperti melukis, menulis cerpen dan novel, serta membuat film pendek atau film dokumenter. Korban juga mengoleksi ratusan buku di kamarnya. "Dia pernah dapat penghargaan penulis termuda dari Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta pada 2004. Karyanya adalah antologi cerpen Kupu-Kupu Bantimurung," ujar Andi Nurdin.
Salah seorang rekan Azhary di UNM, Ninik, mengatakan korban adalah sosok yang suka bercanda. Selama ini, korban tidak pernah mengeluh tentang masalah yang menimpanya. Karena itu, Ninik mengaku tidak menyangka kalau korban akhirnya nekad bunuh diri. Apalagi soal ijazah yang terlambat keluar, juga dialami banyak mahasiswa pascasarjana iannya.
Kepala Kepolisian Sektor Rappocini, Komisaris Ade Hermanto, mengatakan kepolisian belum bisa menyimpulkan motif dibalik tewasnya Azhary Nurdin. Namun, dugaan sementara adalah korban bunuh diri dengan cara melompat. Kepolisian menduga Azhary merasa tertekan karena ijazahnya tak kunjung keluar, sementara sudah ada pihak yang menawarkan pekerjaan.
TRI YARI KURNIAWAN