Pidato Sukarno yang Menggelegar di Pembukaan KAA

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 7 April 2015 07:16 WIB

Soekarno

TEMPO.CO, Bandung - Presiden Sukarno membuka Konferensi Asia Afrika pada 18 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, dengan pidato berbahasa Inggris selama 40 menit. Diawali ucapan selamat datang kepada peserta dari 29 negara Asia-Afrika, Sukarno selanjutnya memaparkan kondisi dunia internasional dan imperialisme. Sukarno membakar semangat peserta konferensi untuk melawan penjajahan.

"Tuan-tuan tidak berkumpul di dunia yang damai, yang bersatu, dan yang bekerja bersama. Jurang-jurang besar dan curam mengganggu antara bangsa-bangsa dan golongan bangsa. Dunia kita yang malang ini terpecah belah, dan ternyata rakyat dari semua negeri berada dalam ketakutan, kalau-kalau di luar kesalahan mereka, serigala-serigala peperangan akan lepas lagi dari rantainya," kata Sukarno.

Berdasarkan Risalah Konferensi Asia Afrika catatan Dinas Pengawasan Keselamatan Negara Djawatan Kepolisian Negara 1 Juni 1955, Sukarno kemudian mengingatkan kekuasaan imperialisme dulu yang membentang dari Selat Jibraltar, Lautan Tengah, Terusan Suez, Lautan Merah, Hindia, Tiongkok, hingga Lautan Jepang. Daratan sepanjang garis lautan itu merupakan tanah jajahan, rakyatnya tidak merdeka, dan hari depannya tergadaikan kepada sistem asing.

"Dan pada hari ini, di dalam gedung ini, berkumpul pemimpin-pemimpin bangsa yang tadi itu. Mereka bukan lagi menjadi mangsa kolonialisme. Mereka bukan lagi menjadi alat perkakas orang lain, dan bukan lagi alat permainan kekuasaan-kekuasaan yang tak dapat mereka pengaruhi. Today, you are representatives of free peoples, peoples of a different stature and standing in the world," ujar Sukarno.

Singa podium itu menyebutkan berbagai perbedaan tiap bangsa, seperti latar sosial, budaya, asal mula negara, hingga warna kulit. "Mankind is united or divided by considerations other than these. Conflict comes not from variety of skins, nor from variety of religion, but from variety of desires."

Sukarno lantas menekankan persatuan negara peserta yang hadir, berlandaskan kesamaan sikap dalam membenci kolonialisme, rasialisme, dan memperkokoh perdamaian dunia. Ia mengingatkan hadirin semua agar tidak terlena dan tertipu bahwa penjajahan telah mati. "I say to you, colonialism is not yet dead. How can we say it is dead, so long as vast areas of Asia and Africa are unfree."

"And I beg of you, do not think of colonialism only in the classic form which we of Indonesia, and our brothers in different parts of Asia and Africa, know. Colonialism has also its modern dress, in the form of economic control, intellectual control, actual physical control by a small but alien community within a nation."

ANWAR SISWADI

Berita terkait

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

16 hari lalu

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

19 hari lalu

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

35 hari lalu

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

40 hari lalu

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S

Baca Selengkapnya

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.

Baca Selengkapnya

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.

Baca Selengkapnya

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

28 September 2023

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

Pada 1965 PKI mengusulkan Angkatan Kelima, sebuah matra militer beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai. Letjen Ahmad Yani menolak ide itu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tiba di Kenya Setelah Penerbangan 8 Jam, Kunjungan Pertama Sejak Jadi Presiden

21 Agustus 2023

Jokowi Tiba di Kenya Setelah Penerbangan 8 Jam, Kunjungan Pertama Sejak Jadi Presiden

Jokowi memulai lawatannya ke Benua Afrika untuk menghadiri KTT BRICS.

Baca Selengkapnya

Siapa Pencetus Nama Pramuka?

14 Agustus 2023

Siapa Pencetus Nama Pramuka?

Nama Pramuka diusulkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang mendapat inspirasi dari kata Poromuko, yang berarti pasukan terdepan dalam perang.

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

14 Agustus 2023

Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

Awal terbentuknya Pramuka di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang milik Belanda dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie pada 1912.

Baca Selengkapnya