TEMPO.CO , Bekasi: Penyebaran paham Islam radikal tak hanya menyelusup lewat buku ajar sekolah. Para siswa adakalanya menerima pengetahuan itu lewat kegiatan keagamaan di sekolah. "Dulu saya yang ikut kegiatan Rohani Islam pernah bertanya apakah benar orang kafir itu boleh dibunuh?" ujar Mimi Waluyo, warga Babelan, Bekasi, ketika dihubungi, 23 Maret 2015.
Mimi menjelaskan, pertanyaan itu diajukan anak sulungnya yang kini tengah menjalani pendidikan tinggi. Saat masih sekolah di SMU 1 Bekasi, anaknya mengaku pernah mendengar ajaran itu lewat salah seorang pembimbing kegiatan rohani.
"Anak saya yang dulu sekolah di SMU 8 juga mengaku pernah diajari faham itu," katanya.
Ibu dengan tiga anak itu mengaku bersyukur karena sempat menjelaskan pengetahuan yang bisa menjurus pada penyebaran faham Islam radikal. Kepada anaknya, Mimi menjelaskan ajaran Islam yang dianut mayoritas muslim tidak mengajarkan membunuh orang kafir.
"Kadang meluruskan faham itu tergantung orang tuanya juga," ujarnya.
Pendiri Maarif Institute, Syafii Maarif, membenarkan gejala tersebut. Menurut dia, penyebaran paham Islam radikal acapkali menggunakan saluran kegiatan keagamaan di sekolah. "Biasanya paham seperti itu disebarkan oleh para alumni sekolah tersebut yang lebih dulu menganut paham serupa," ujarnya.
Berdasarkan pantauan, menurut Syafii, gejala itu marak terjadi di sekolah-sekolah yang berada di Cianjur, Bandung, Solo, Yogyakarta, dan Sulawesi. Itu mengapa, lembaganya terdorong untuk menggelar pendidikan keagamaan bagi para siswa. "Yang ingin kami bangun adalah Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam," katanya.