Belanda Minta Motivasinya di Tim Pemantau Aceh Tak Dicurigai
Reporter
Editor
Kamis, 11 Agustus 2005 15:11 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Duta besar Belanda Ruud J. Treffers meminta semua pihak untuk tidak mencurigai motivasi negaranya untuk menjadi pemimpin dalam Tim Pemantau Aceh (Aceh Monitoring Mission). Meski diketuai oleh seorang warga negara Belanda, tim akan tetap bertindak berdasarkan kesepakatan yang dirumuskan oleh pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. "Pemerintah Belanda tidak akan mendukung gerakan separatis apapun di Indonesia," kata Treffers kepada pers seusai diterima Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Ia mengakui Belanda menjadi tempat sejumlah orang untuk menyuarakan separatisme, seperti isu Republik Maluku Selatan dan Organisasi Papua Merdeka. "Tapi kami tidak mungkin mengizinkan mereka melanggar hukum Indonesia," kata dia. Ia juga menyatakan kesediaan negaranya untuk melakukan investigasi terhadap orang-orang tertentu di negaranya, jika pemerintah Indonesia berpendapat ada kegiatan ilegal yang merugikan teritorial NKRI. Menurutnya, suara-suara itu muncul dengan memanfaatkan kebebasan berpendapat di Belanda.Terkait Tim Pemantau Aceh, ia mengatakan jumlahnya sekitar 50 orang dan bekerja sejak 15 Agustus (waktu penandatangan kesepakatan damai RI dan GAM) hingga 15 September (waktu resmi dimulainya kerja tim). Sekitar 20 orang pemantau berasal dari negara ASEAN dan sisanya dari Uni Eropa. Jumlah ini akan bertambah menjadi 200 orang pemantau setelah 15 September, dengan komposisi jumlah sama antara ASEAN dan Uni Eropa. Saat ini, anggota tim mulai berdatangan untuk mengenal situasi dan kondisi di lapangan. Sekitar 5 orang anggota tim dari Belanda, kata Treffers, juga akan berdatangan dalam hari-hari ini. Belanda akan mengirimkan sepuluh orangnya dalam tim. Mengenai pendanaan, Treffers mengatakan ditanggung oleh ASEAN dan Uni Eropa. Masing-masing negara anggota organisasi juga ikut menyumbang. Pemerintah Indonesia, tidak ikut menanggung biayanya. Namun, RI diharapkan menyediakan keamanan dan perangkat kerja di lapangan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Tugas tim secara umum, ia melanjutkan, adalah menghancurkan senjata GAM serta memantau pengembalian TNI ke baraknya. Budiriza