Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie berjabat tangan bersama Ketua Dewan Pertimbangan, Akbar Tandjung saat jumpa pers usai sidang pemilihan ketua umum dalam Munas IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, 3 Desember 2014. TEMPO/Johannes P. Christo
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus senior Partai Golkar, Akbar Tandjung, dikabarkan mundur dari kepengurusan musyawarah nasional di Bali. Akbar adalah Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar. (Baca: Kisruh Golkar, Akbar: Wajib Islah Demi Agenda 2019)
Menurut salah satu politikus partai berlambang beringin ini, Taufik Hidayat, mundurnya Akbar dipicu oleh beberapa hal. Salah satunya adalah kekecewaan Akbar terhadap kubu Aburizal Bakrie. (Baca: Priyo Budi Diam-Diam ke Rumah Akbar Tandjung)
Golkar kubu Ical memilih menempuh jalur pengadilan untuk mengatasi perpecahan pada tubuh Golkar. "Sebagai orang yang membesarkan partai, nalurinya terpanggil. Akbar akan mundur dan berfokus menyatukan dua kubu," kata Taufik saat dihubungi Tempo, Kamis, 29 Januari 2015.
Politikus Golkar lainnya, Yorris Raweyai, berpendapat bahwa visi politik Aburizal bertentangan dengan prinsip dasar partai. Dia mengklaim Akbar tak setuju Golkar tetap berada dalam Koalisi Merah Putih. "Mungkin Akbar melihat Ical tidak bisa dipertahankan lagi," ujar Yorris.
Taufik berpendapat bahwa salah satu cara yang akan ditempuh Akbar untuk menyatukan dua kubu adalah musyawarah nasional bersama. Namun Yorris menganggap hal tersebut mustahil dilakukan lantaran pimpinan kedua kubu berpegang pada ego masing-masing. "Dengan dia keluar, secara politik dia mengakui hasil Munas Bali tidak benar," ujar Yorris.
Salah satu orang terdekat Akbar, Musfisin Dahlan, mengatakan wacana pengunduran diri tersebut akan dipublikasikan hari ini. Namun, karena ada politikus senior Golkar tidak menyetujuinya, konferensi pers ditunda pekan depan.