Jokowi meninjau lokasi proyek sodetan Tarum Timur di Sungai Citarum, Kecamatan Compreng, Subang, Jawa Barat, 26 Desember 2014. Presiden Jokowi mengatakan bahwa sodetan sepanjang tujuh kilometer itu akan terealisasi dalam dua tahun. ANTARA/Agus Suparto
TEMPO.CO , Jakarta: Ketua Elemen Masyarakat Lingkungan Citarum, Deni Riswandani, mengatakan, pemerintah harus memerhatikan tata ruang wilayah sungai dan berorientasi pada konservasi bukan pertumbuhan ekonomi.
"Kalau alih fungsi terus dibiarkan, bukan tidak mungkin banjir akan semakin meluas dan semakin dahsyat," kata Deni kepada Tempo, Sabtu, 27 Desember 2014. (Baca: Secara Geologis, Bandung Daerah Rawan Banjir)
Hingga saat ini, lahan kritis yang berada di hulu sungai Citarum mencapai 20 persen atau 144.00 hekatrare. Menurut proyeksi yang dibuat oleh Elemen Masyarakat Lingkungan Citarum, pada tahun 2000-2025 akan terjadi penambahan lahan pemukiman sebesar 4000 hektar dan hilangnya kawasan sawah dan hutan sebanyak 5000 hektar. "Revolusi manajemen penanganan banjir adalah mutlak."
Selain itu, Deni mengatakan, beberapa pabrik yang berada di kawasan Dayeuhkolot, Baleendah dan Banjaran telah mangambil air tanah warga yang mengakibatkan terjadinya penurunan muka tanah setinggi 4-cm per tahun. (Baca: 10 Hari, Genangan Banjir di Bandung Barat Belum Surut )
Sementara itu, Wakil Bupati kabupaten Bandung, Deden Rumaji mengatakan, untuk solusi menangani banjir Bandung selatan. Pihak Pemrintah Kabupaten Bandung akan mengusulkan kepada Pemerintah Pusat dan Provinsi untuk segera membangun danau buata. Hal itu berguna untuk menampung luapan sungai Cisangkuy apabila musim hujan datang.
"Rumusan tahun 2010 kemarin gak berjalan semua. Mak dari itu perlu ada evaluasi. Pembuatan danau adalah mutlak," ujar Deden kepada Tempo kemarin.