Jokowi meninjau lokasi proyek sodetan Tarum Timur di Sungai Citarum, Kecamatan Compreng, Subang, Jawa Barat, 26 Desember 2014. Presiden Jokowi mengatakan bahwa sodetan sepanjang tujuh kilometer itu akan terealisasi dalam dua tahun. ANTARA/Agus Suparto
TEMPO.CO , Bandung - Ketua Elemen Masyarakat Lingkungan Citarum, Deni Riswandani, mengatakan, banjir di Bandung Selatan semakin membesar karena program pemerintah yang tidak tepat sasaran.
Menurut Deni, pemerintah hanya fokus terhadap normalisasi sungai Citarum. Sedangkan permasalahan utama ada pada alih fungsi lahan dan tata ruang wilayah Daerah Aliran Sungai yang dijadikan pemukiman dan area industri yang setiap tahun terus bertambah. (Baca: Ini Penyebab Hujan Deras Terus Mengguyur Bandung)
"Sungai Citarum sebenarnya adalah korban. Kalau pemerintah terus ngoprek masalah aliran sungai Citarum itu tidak akan mengurai masalah. Normaslisasi sungai harus sinergi dengan pengawasan alih fungsi lahan di sekitar sungai," ujar Deni kepada Tempo, Sabtu, 27 Desember 2014.
Menurut Deni, areal konservasi di kawasan Sungai Citarum berkurang hingga 3,6 juta meter kubik pertahun atau 86 persen dari total wilayah lahan hutan di Daerah Aliran Sungai Citarum. (Baca: 10 Hari, Genangan Banjir di Bandung Barat Belum Surut )
Ditambah, sungai Citarum harus menerima beban material berupa tanah dan sampah akibat kawasan daerah aliran sungai sudah jarang ditumbuhi pepohonan keras setiap tahun.
Selain itu limbah pabrik jenis B3 menyumbang 28 ton per hari. Dari total keselurahan, sungai Citarum harus menanggung beban material sebanyak 7,9 juta ton per tahun. (Baca: Secara Geologis, Bandung Daerah Rawan Banjir)
"Jadi, wajar kalau musim hujan air sungai sudah tidak tertampung. Sungai Citarum sudah tidak mampu lagi menampung material," kata Deni.