TEMPO.CO, Banyuwangi - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Banyuwangi, Jawa Timur, Hasan Basri mengatakan organisasinya mendukung kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti untuk menindak tegas kapal asing ilegal yang ditangkap di perairan Indonesia. Meski demikian, kata Hasan, kebijakan itu tidak memiliki pengaruh terhadap tangkapan ikan nelayan Banyuwangi.
"Kapal ilegal itu mau ditenggelamkan atau ditembak, kami dukung penuh, biar mereka jera," kata Hasan kepada Tempo, Selasa, 9 Desember 2014. (Baca juga: Menteri Susi Tangkap 22 Kapal Ikan Cina)
Hasan menjelaskan, selama ini belum ada kasus pencurian ikan yang melibatkan kapal asing. Penurunan tangkapan ikan di Banyuwangi, kata dia, lebih disebabkan faktor lain. Yakni, perubahan iklim, rusaknya terumbu karang, dan pencemaran.
Rusaknya terumbu karang disebabkan banyak nelayan yang menggunakan bom ikan. Sementara pencemaran dipicu oleh pembuangan limbah perusahaan pengolah ikan yang banyak berdiri di sekitar pelabuhan ikan Muncar. Oleh karena itu, kata Hasan, penindakan kapal pencuri ikan itu harus dibarengi dengan pemulihan ekosistem laut, normalisasi pencemaran, menyadarkan nelayan, dan memberikan insentif untuk nelayan.
Muncar adalah pelabuhan ikan terbesar di Indonesia dengan jumlah nelayan 13.200 orang dengan jumlah armada 5 ribu unit. Potensi ikan di laut Muncar sendiri sebesar 36 ribu ton per tahun. Jumlah tangkapan ikan di Muncar terus menurun dalam lima tahun terakhir. Pada 2009, jumlah tangkapan ikan mencapai 50 ribu ton. Namun pada 2010 hanya 39 ribu ton, dan terus berkurang menjadi 29 ribu ton pada 2011. Kemudian pada 2012 turun lagi 28.313 ton dan menjadi 21.464 ton pada 2013.
Pencemaran akut sedang mendera Muncar. Hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur pada 2013, menunjukkan jumlah padatan terlarut (total suspend solid/TSS) di laut Muncar lebih dari baku mutu 80 ppm. Tingginya TSS ini menyebabkan air laut menjadi keruh. Selain TSS, kandungan amonia total (NH3-N) pada laut Muncar mencapai 0,974 ppm. Kandungan amonia tersebut melebihi baku mutu yang ditetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, yakni 0,3 ppm.
Kepala Bidang Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi Untung Widiarto mengatakan penurunan tangkapan ikan di Muncar juga disebabkan overfishing sejak lima tahun lalu. Menurut dia, seharusnya batas aman jumlah tangkapan ikan hanya 80 persen dari potensi yang ada. "Kenyataannya lima tahun lalu, jumlah tangkapan di atas 36 ribu ton," kata Untung.
Penyebab overfishing itu karena 90 persen dari 5 ribu kapal penangkap ikan beroperasi di batas 4 mil Selat Bali. Kapal-kapal itu adalah jenis kapal dibawah 10 gross ton yang tak mampu berlayar melebihi 4 mil. Sedangkan kapal di atas 10 gross ton yang bisa berlayar ke area zona ekonomi ekslusif alias Samudra Indonesia hanya berjumlah 434 unit. "Jadi mayoritas kapal berebut ikan di wilayah yang sempit," katanya.
Oleh karena itu, kata Untung, pemerintah Banyuwangi sedang giat mensosialisasikan agar nelayan menggeser tangkapan ikannya ke wilayah Samudra Indonesia. Tahun ini, pemerintah Banyuwangi memberikan bantuan 3 kapal berukuran 30 gross ton kepada kelompok nelayan. Di Samudra Indonesia, potensi ikan sebesar 212 ribu ton per tahun dan baru 30 persennya yang ditangkap.
IKA NINGTYAS
Berita lain:
Akhirnya Ical Mendukung Perpu Pilkada Langsung
Jokowi Tak Disambut Siswa di Yogyakarta
Gubernur FPI Akhirnya Punya Kantor, Dimana?
Berita terkait
Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan
4 hari lalu
Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi
7 hari lalu
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi
Baca SelengkapnyaKementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya
25 hari lalu
Kementerian Kelautan dan Perikanan buka pendaftaran peserta didik 2024. Cek di sini caranya.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin
39 hari lalu
Berita terpopuler bisnis pada Senin, 25 Maret 2024, dimulai dari respons Sri Mulyani Indrawati soal ramai pembahasan barang bawaan ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaTerkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia
39 hari lalu
Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaCerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu
39 hari lalu
Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.
Baca SelengkapnyaProduksi Garam Nasional Lampaui Target
28 Februari 2024
Produksi terbesar diperoleh dari sektor produksi garam rakyat yang mencapai 2,2 juta ton,
Baca SelengkapnyaTerkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN
18 Februari 2024
Berita terkini bisnis pada siang ini dimulai dari Susi Pudjiastuti yang mengingatkan soal program makan siang gratis Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaSusi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat
18 Februari 2024
Melalui kicauannya di media sosial X, Susi Pudjiastuti mengaku lebih setuju subsidi BBM dialihkan untuk makan siang gratis anak-anak di sekolah.
Baca SelengkapnyaSusi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi
8 Februari 2024
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menolak keras rencana pemerintah membuka kembali keran ekspor benih lobster atau benur.
Baca Selengkapnya