Pramono Dianggap Terburu-buru Bikin Kesepakatan

Reporter

Rabu, 12 November 2014 14:19 WIB

Kiri-kanan: Fachri Hamzah, Olly Dondokambey, Pramono Anung, Ketua DPR Setya Novanto, Idrus Marham, Fadly Zon, Agus Hermanto, dan Taufik Kurniawan berfoto bersama sebelum melakukan pertemuan tertutup, di Komplek Parlemen, Jakarta,10 November 2014. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Para ketua umum partai koalisi pendukung pemerintah menganggap langkah politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Pramono Anung, terlalu terburu-buru bersepakat dengan koalisi pendukung Prabowo Subianto. Pramono sebelumnya menyebut telah terjadi kesepakatan islah antara koalisi Prabowo dan koalisi Jokowi di Dewan Perwakilan Rakyat.

Wakil Ketua Fraksi Nasional Demokrat Johnny G. Plate yang hadir dalam pertemuan di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, kemarin, menyampaikan keluhan kepada Pramono. "Pramono terlalu cepat menyampaikan kepada publik," kata Johnny menirukan ucapan Surya Paloh di Kompleks Parlemen, Rabu, 12 November 2014. (Baca: Pramono Lobi Koalisi Prabowo Siang Ini)

Ketua Umum Partai Hanura Wiranto juga bingung saat ditanyai wartawan ihwal penandatanganan kesepakatan koalisi Jokowi dan koalisi Prabowo oleh Pramono. "Pas ditanya, Wiranto juga tidak tahu ada keputusan itu," kata Johnny. Pimpinan fraksi Partai Kebangkitan Bangsa juga belum tahu kesepakatan itu. "Karena langkah Pramono di luar mandat."

Menurut Johnny, para ketua umum partai pengusung Jokowi seperti Megawati Soekarnoputri, Muhaimin Iskandar, dan Rohamurmuziy mengetahui kesepakatan islah DPR dari media. "Belum ada laporan resmi dari Pramono," kata dia. (Baca: DPR Targetkan Rampungkan Revisi UU MD3 Sebelum 5 Desember)

Namun, kata dia, tak ada pimpinan koalisi yang marah kepada Pramono. Menurut Johnny, Pramono telah kerja keras. "Tak ada yang marah, tapi kalau ada 'mis' di situ memang iya," kata dia.

Megawati, kata Johnny, mengatakan seluruh pimpinan partai harus menemukan jalan keluar yang baik dari masalah pembelahan Dewan. DPR dan pemerintah harus segera bekerja, kata Johnny mengutip Mega. "Prinsipnya, adalah 'check and balances' dari sepuluh unsur yang ada di parlemen," kata Johnny menambahkan.

MUHAMMAD MUHYIDDIN

Terpopuler
Sutiyoso: Asal Penuhi Syarat, Silakan Bubarkan FPI
Menteri Susi: Saya Beruntung DPR Kisruh
60 Pebisnis Rusia Incar Proyek Unggulan Jokowi
Polisi Siap Beri Data Pelanggaran FPI
Penganut Tri Dharma: KTP Tak Perlu Sebut Agama
Makna Baju Batik Parang Barong Jokowi di APEC

Berita terkait

Korupsi Rumah Dinas DPR RI, KPK Periksa Hiphi Hidupati

9 jam lalu

Korupsi Rumah Dinas DPR RI, KPK Periksa Hiphi Hidupati

KPK memanggil Kepala Bagian Pengelolaan Rumah Jabatan Sekretariat Jenderal DPR RI Hiphi Hidupati dalam dugaan korupsi rumah dinas

Baca Selengkapnya

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

1 hari lalu

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Anggota DPR Saleh Partaonan Daulay menilai perlu usaha dan kesungguhan dari Prabowo untuk menciptakan presidential club.

Baca Selengkapnya

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

1 hari lalu

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

Anggota Komisi V DPR RI Suryadi Jaya Purnama mengatakan kenaikan tarif tidak boleh membebani mayoritas penumpang KRL

Baca Selengkapnya

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

3 hari lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

3 hari lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

3 hari lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

4 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

5 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

6 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

6 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya