TEMPO.CO, Malang - Pemerintah Kota Malang mendirikan pos komando pelayanan kesehatan untuk mencegah penyakit ebola. Posko didirikan di puskesmas-puskesmas dengan melibatkan sejumlah tenaga teknis dan paramedis dengan peralatan yang memadai. Petugas medis memeriksa warga yang pulang dari luar negeri. "Jemaah haji, tenaga kerja Indonesia, dan turis mancanegara harus dipastikan bebas ebola," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Asih Tri Rachmi, Kamis, 6 November 2014.
Untuk itu, Dinas Kesehatan akan bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pariwisata, dan Kementerian Agama setempat. Petugas akan melakukan pemeriksaan dengan langsung mendatangi orang yang baru pulang dari luar negeri. (Baca: Negatif Ebola, Ruang Isolasi Pasien Dilonggarkan)
Sejauh ini di Malang tidak ditemukan pasien yang diduga tertular ebola. Meski begitu, masyarakat diharapkan proaktif melapor jika menemukan orang yang memiliki ciri-ciri terjangkit ebola. Petugas memeriksa dengan menggunakan alat pelindung untuk mencegah penularan.
Gejala penyakit ebola, antara lain, demam yang tidak diketahui penyebabnya, nyeri otot hebat, gangguan pencernaan, dan perdarahan.
Saat ini terdapat dua pasien di Madiun dan Kediri yang baru saja datang dari Liberia, salah satu negara di Afrika tempat ebola mewabah. Keduanya mengalami demam dan sempat dirawat di ruang isolasi. Sampel darah mereka telah dikirim ke laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Jakarta untuk diperiksa. Kemarin, Muchlis, terduga ebola di Madiun, dinyatakan negatif ebola. (Baca: Negatif Ebola, Ruang Isolasi Pasien Dilonggarkan)
Kepala Bidang Pencegahan dan Penularan Penyakit Menular Dinas Pendidikan Kabupaten Malang Nusindarto menjelaskan, jemaah calon haji telah diberi antibodi sebelum berangkat ke Tanah Suci. Mereka pun dipantau setelah kembali ke Tanah Air. "Kami bekerja sama secara lintas sektoral."