Pemerintah Diminta Batasi Swasta di Bisnis TKI  

Reporter

Editor

Budi Riza

Kamis, 6 November 2014 12:15 WIB

Anis Hidayah. TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah meminta pemerintah mengurangi keikutsertaan swasta dalam pengurusan tenaga kerja Indonesia (TKI).

"Peran pemerintah minim. Semua dialihdaya ke swasta melalui PJTKI (perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia)," kata Anis saat dihubungi, Kamis, 6 November 2014. (Baca: Migrant Care:PJTKI Nakal Menjamur Karena Dibiarkan)

Menurut Anis, pihak swasta lebih banyak memikirkan keuntungan ketimbang mengurus perlindungan TKI. Dalam aturan, Anis melanjutkan, perlindungan terhadap TKI hanya tertuang dalam beberapa pasal. "Sisanya itu tentang bisnis dan untung-untungan untuk swasta," kata Anis.

Ada banyak PJTKI nakal, kata Anis, karena masih ada hubungan antara PJTKI dan sejumlah tokoh penting partai politik dan pemerintah. Hubungan itu membuat PJTKI lebih leluasa beroperasi. "Ada keuntungan di balik meja dari hubungan ini." (Baca: Kemenlu Dipuji Tangani Kasus Pembunuhan Hong Kong)

Anis menambahkan, banyaknya penyokong PJTKI dari oknum pemerintah dan partai politik menyebabkan kenakalan PJTKI di sejumlah wilayah di Indonesia dibiarkan. "Pemerintah membiarkan PJTKI nakal. Padahal mereka berada tidak jauh dari kantor pemerintahan.

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri melakukan inspeksi mendadak ke penampungan TKI di kawasan Tebet, Jakarta, Rabu, 5 November 2014. (Baca; KPK Akan Panggil BNP2TKI Terkait Pemerasan TKI)

Menteri Hanif sempat mengamuk dan berteriak-teriak lantaran tidak diperbolehkan masuk oleh petugas jaga tempat itu. Hanif bahkan memanjat pagar agar bisa meninjau isi rumah dua lantai itu. Hanif menilai penampungan TKI itu sangat tidak layak dan tidak sesuai dengan peraturan.

Hanif menemukan 43 calon TKI dalam kondisi buruk. Mereka belajar, makan, dan tidur beralaskan kasur busa tipis di sebuah ruangan berukuran 4 x 3 meter. Rumah itu pun hanya menyediakan satu kamar mandi.

MITRA TARIGAN




Berita Terpopuler
Hina Al-Quran, Sepasang Umat Kristen Dibakar
Jembatan Selat Sunda Ancaman bagi Indonesia
Blusukan ke Bandara, Apa Saja Temuan Jonan?
Ryamizard Kecewa Denda Pesawat Asing Sedikit
Pembunuh Dua TKI Suka Seks Menyimpang







Advertising
Advertising

Berita terkait

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

16 hari lalu

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

Sebelumnya, pemerintah membatasi barang TKI atau pekerja migran Indonesia, tetapi aturan ini sudah dicabut. Begini isi aturannya.

Baca Selengkapnya

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

26 hari lalu

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

Nurul Huda menggugah perhatian publik. Video curhatnya tentang pengalaman disiksa oleh majikannya di Oman menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

33 hari lalu

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

Migrant Watch menilai kasus magang ke Jerman lebih tepat dikatakan sebagai kesalahan prosedur penempatan mahasiswa ketimbang TPPO.

Baca Selengkapnya

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

39 hari lalu

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

Dengan iming-iming magang di Jerman, para pelaku melakukan TPPO dengan menjebak dalam program Ferienjob

Baca Selengkapnya

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

40 hari lalu

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

Kasus TPPO menyasar dunia pendidikan. Selain Ferienjob, kasus perdagangan orang sempat masuk ke sekolah (SMK) menggunakan modus lain.

Baca Selengkapnya

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

43 hari lalu

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

Migrant Care menyatakan PPLN Kuala Lumpur menunjukkan bobroknya penyelenggara pemilu dan tunduk pada keinginan parpol.

Baca Selengkapnya

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

54 hari lalu

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

Migrant Care menemukan hanya segelintir pemilih yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) hadir saat pencoblosan ulang di Kuala Lumpur Malaysia

Baca Selengkapnya

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

55 hari lalu

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

Migrant Care menyoroti berkurangnya jumlah pemilih dalam pemungutan suara ulang yang akan digelar di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

1 Maret 2024

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

Migrant Care, mengungkap dugaan praktik jual beli surat suara pemilu di Malaysia. Surat suara pemilu itu dijual dari harga 25-50 Ringgit Malaysia

Baca Selengkapnya

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

27 Februari 2024

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

Migrant Care mengungkap modus dugaan jual beli surat suara di Malaysia. Harga per satu surat suara dihargai sekitar Rp 90 ribu-120 ribu.

Baca Selengkapnya