Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan Republik Demokratik Timor Leste Xanana Gusmao (kanan) dan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin (tengah) di Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, (10/2). TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (purnawirawan) Sjafrie Sjamsoeddin mengaku belum bisa berkomentar tentang peluangnya menjadi Kepala Badan Intelijen Negara. Menurut dia, tugas Kepala BIN bukan sekadar siap atau tak siap.
"Misi yang diberikan kepada seseorang itu soal tanggung-jawab," kata Sjafrie kepada wartawan di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa, 4 November 2014. Meski belum sanggup berkomentar, Sjafrie tetap percaya diri mampu mengemban tugas apa pun. Termasuk tugas Kepala BIN. (Baca: Sutiyoso Siap Jadi Kepala Badan Intelijen Negara)
Menurut Sjafrie tugas Kepala BIN menuntut kemampuan di bidang intelijen yang tinggi. Dia memilih introspeksi diri, melihat kemampuannya di bidang intelijen. "Intelijen (BIN) itu suatu institusi negara yang tak terpisahkan mengawal tugas presiden."
Nama Sjafrie masuk menjadi kandidat Kepala BIN di pemerintahan Presiden Joko Widodo, bersaing dengan dua nama lain. Keduanya adalah mantan Wakil Panglima TNI Jenderal (purnawirawan) Fachrul Razi, dan mantan Kepala BIN As'ad Said Ali.