5 Ribu Hektare Lahan di Jateng Terkena Abrasi  

Reporter

Editor

Zed abidien

Kamis, 16 Oktober 2014 16:34 WIB

Sejumlah mahasiswa dari Universitas Diponegoro, melakukan aksi damai di kawasan Tugumuda, Semarang, Minggu (21/2). Mereka mengkampanyekan Mangrove Restoration untuk mengatasi parahnya abrasi di sejumlah wilayah. TEMPO/ Budi Purwanto

TEMPO.CO, Semarang - Lahan yang terkena abrasi di pesisir pantai utara dan selatan Jawa Tengah mencapai 5.235,74 hektare dan berada di 17 kabupaten/kota. Kerusakan di garis pantai utara berada di 13 daerah sepanjang 559,24 kilometer, sedangkan di pantai selatan berada dalam area sepanjang 157,35 kilometer. Kerusakan itu merujuk pada data inventarisasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Tengah akhir 2013.

"Penyebabnya perubahan tata guna lahan, penebangan hutan mangrove untuk kayu, dan perluasan tambak dan rumah," kata Kepala BLH Provinsi Jawa Tengah Wahjudi Djoko Marjanto seusai diskusi pemberdayaan masyarakat pesisir di Semarang, Kamis, 16 Oktober 2014.

Penyebab lain, kata Wahjudi, abrasi terjadi akibat kerusakan tanaman mangrove lantaran pencemaran air laut. Pencemaran terbukti dari uji air laut pada 2004 di Brebes, Pemalang, dan Batang. Temuannya, kandungan nitrit dan sulfida melebihi baku mutu. "Ini akibat pembuangan sampah di sungai, lalu sampah-sampah itu mengendap di pantai," kata Wahjudi.

Wahjudi mengaku telah mengupayakan koordinasi lintas sektor untuk menanggulangi kerusakan pesisir itu. Antara lain, penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan kerusakan pesisir sebagai upaya pencegahan penebangan tanaman mangrove.

Selain itu, BLH Jawa Tengah juga melakukan penanganan kerusakan pesisir dengan vegetasi mangrove yang melibatkan dinas kehutanan, dinas kelautan dan perikanan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), dan sejumlah komunitas masyarakat pantai.

Wahjudi mengimbau agar daerah yang punya wilayah pesisir juga mengatur secara detail rencana tata ruang kawasan termasuk tata ruang pesisir. "Daerah harus jeli menyusun, jangan mengutamakan kepentingan lain di luar keberadaan ekosistem untuk jangka panjang," katanya.

Asisten Deputi Peningkatan Peran Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup Chaeruddin Hasim membenarkan kondisi limbah sebagai salah satu kerusakan pantai dan mematikan mangrove. Menurut Chaeruddin, keberadaan pesisir menjadi limpasan dari hilir sungai berupa zat kimia yang masuk ke pantai. "Itu yang menyebabkan penurunan kualitas air laut," kata Chaeruddin.

EDI FAISOL

Terpopuler
Lukman Hakim Jadi Bintang di Muktamar PPP
Menantu Hendropriyono Jadi Danpaspamres Jokowi
Dikunjungi Mbah Moen, Jokowi: Sinyal Koalisi Kuat
Manajer Lion Air Damprat Penumpang Pesawat

Berita terkait

Terus Menyusut Sejak Tahun 1990-an, Pesisir Sumsel Kembali Ditanami Mangrove

1 hari lalu

Terus Menyusut Sejak Tahun 1990-an, Pesisir Sumsel Kembali Ditanami Mangrove

Tidak kurang dari 1.000 batang mangrove ditanam di areal Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Api-api.

Baca Selengkapnya

Lestarikan Kawasan Ekowisata Bale Mangrove Lombok Timur, Pokdarwis Tanam 1.000 Bibit Bakau

12 Desember 2023

Lestarikan Kawasan Ekowisata Bale Mangrove Lombok Timur, Pokdarwis Tanam 1.000 Bibit Bakau

Penanaman mangrove di kawasan Ekowisata Bale Mangrove Lombok Timur diharapkan dapat menurunkan emisi karbon dan memperbaiki lingkungan pesisir.

Baca Selengkapnya

Mendulang Daratan untuk Hadang Abrasi dan Pengikisan Lahan

31 Oktober 2023

Mendulang Daratan untuk Hadang Abrasi dan Pengikisan Lahan

Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java membantu sekelompok masyarakat pesisir Karawang membuat daratan dan menyelamatkan desa dari abrasi

Baca Selengkapnya

Lindungi Jalan Lintas Barat Sumatera dari Abrasi, Kementerian PUPR Bangun Pengaman Pantai

19 Juli 2023

Lindungi Jalan Lintas Barat Sumatera dari Abrasi, Kementerian PUPR Bangun Pengaman Pantai

Kementerian PUPR tengah membangun pengaman pantai di Provinsi Bengkulu.

Baca Selengkapnya

Ramai Penolakan Ekspor Pasir Laut dari Nelayan, Berikut Ragam Alasannya

18 Juni 2023

Ramai Penolakan Ekspor Pasir Laut dari Nelayan, Berikut Ragam Alasannya

Para nelayan ramai menolak kebijakan ekspor pasir laut karena sejumlah alasannya. Mereka juga lakukan unjuk rasa untuk ungkapkan aspirasinya

Baca Selengkapnya

Luhut Sebut Ekspor Pasir Laut Tak Merusak Lingkungan sebab Ada GPS, Walhi: Persoalannya Bukan Teknologi

31 Mei 2023

Luhut Sebut Ekspor Pasir Laut Tak Merusak Lingkungan sebab Ada GPS, Walhi: Persoalannya Bukan Teknologi

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ekspor pasir laut tidak merusak lingkungan karena ada GPS atau teknologi lainnya. Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi buka suara atas pernyataan Luhut tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketahui Apa Itu Abrasi Kornea dan Langkah-langkah Menanganinya

20 Mei 2023

Ketahui Apa Itu Abrasi Kornea dan Langkah-langkah Menanganinya

Kornea mengandung banyak ujung saraf sehingga goresan kecil pun bisa terasa sangat tidak nyaman dan menyakitkan.

Baca Selengkapnya

Besok Bulan Purnama, BMKG Peringatkan Potensi Banjir Rob di Daerah Pesisir

5 Januari 2023

Besok Bulan Purnama, BMKG Peringatkan Potensi Banjir Rob di Daerah Pesisir

BMKG mengingatkan masyarakat untuk waspada potensi banjir rob di beberapa wilayah Indonesia saat bulan purnama pada Jumat, 6 Januari 2023.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem di Lombok, Area Wisata Alami Abrasi Hingga Kapal Cepat Tak Beroperasi

26 Desember 2022

Cuaca Ekstrem di Lombok, Area Wisata Alami Abrasi Hingga Kapal Cepat Tak Beroperasi

Beberapa hari belakangan, Lombok diguyur hujan deras sebagai dampak cuaca ekstrem.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Abrasi, Bencana yang Menimpa Minahasa Selatan

19 Juni 2022

Fakta-fakta Abrasi, Bencana yang Menimpa Minahasa Selatan

Fenomena abrasi baru-baru ini terjadi di Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Tampak air laut menghantam rumah--rumah warga dan menyeretnya ke laut. Lantas, mengapa abrasi bisa terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya?

Baca Selengkapnya