Kebakaran Gunung Guntur Diduga Disengaja  

Reporter

Editor

Eni Saeni

Senin, 15 September 2014 19:38 WIB

Lokasi kebakaran hutan di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. TEMPO/Deffan Purnama

TEMPO.CO, Garut - Penyebab kebakaran di lereng Gunung Guntur di Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, diduga disengaja. Kebakaran mulai terjadi pada Ahad pagi, 14 September 2014, hingga menjelang tengah malam kemarin.

"Kebakaran itu diduga disengaja untuk memudahkan penggalian pasir," kata Kepala Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan pada Bidang Teknis KSDA Balai Besar KSDA Jawa Barat Rifki Much. Sirodjan kepada Tempo, Senin, 15 September 2014. (Baca: Karyawan PTPN VII Jadi Tersangka Pembakar Lahan)

Menurut dia, dugaan kesengajaan itu muncul karena keberadaan titik api tidak jauh dari tempat penggalian pasir. Saat ini pihaknya bersama aparat berwenang tengah menyelidiki pelaku pembakaran.

Selain itu, motif pembakaran hutan juga diduga karena adanya unsur mitos. Masyarakat di sekitar kaki Gunung Guntur menganggap kalau sudah ada kebakaran di sekitar gunung, maka musim kemarau akan segera berakhir atau akan datang hujan. (Baca: Kebakaran Hanguskan 629 Hektare Hutan Kalteng)

Rifki mengatakan kebakaran ini menimpa rumput dan semak belukar saja. Sedangkan pepohonan seperti pinus dan yang lainnya masih utuh. "Hanya kebakaran permukaan," ujarnya.

Berdasarkan pantauan Tempo, lokasi kebakaran tidak jauh dari lokasi galian pasir ilegal, tepatnya di kawasan Cilopang, Desa Rancabango. Bahkan, sebelum terjadi kebakaran, di lokasi galian pasir banyak terdapat pohon pinus yang masih berdiri tegak dibakar. Sebagian lagi tumbang dengan cara digali dari akarnya. (Baca: Hutan Terbakar Gara-gara Api Unggun)

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Garut Dikdik Hendrajaya mengatakan proses pemadaman dilakukan bersama tim gabungan sebanyak 50 orang. Tim terdiri atas BPBD (Badan Pengendalian Bencana Daerah), BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam), Polsek dan Koramil Tarogong. Proses pemadaman dilakukan secara manual. "Api baru bisa dipadamkan sekitar pukul 22.30 WIB tadi malam," ujarnya.

Kebakaran terjadi di enam titik, mulai dari kaki gunung hingga kawasan puncak gunung. Lahan yang terbakar bertambah luas karena embusan angin yang cukup kencang. Selain itu, kondisi ilalang yang kering juga memudahkan api menjalar ke daerah lain. "Lokasi yang terjal dan cuaca yang cukup panas sangat menyulitkan petugas dalam memadamkan api," kata Dikdik, "Tapi, alhamdulilah, hari ini bisa padam juga."

SIGIT ZULMUNIR

Terpopuler:

SBY Bingung Disalahkan Soal RUU Pilkada
Koalisi Merah Putih Jalani Strategi Bumi Hangus
Pilkada Langsung Boros? Ini Bantahannya
SBY: Partai Demokrat Bukan Koalisi Merah Putih
Menelisik Pengurusan Pelat Nomor Cantik Mobil Mewah


Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

19 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

44 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

48 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

49 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

49 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

49 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

50 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

52 hari lalu

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

Sidang parlemen "Dua Sesi" Cina resmi ditutup dengan hasil akhir menyepakati anggaran pemerintah pusat dan daerah periode 2024, menerima laporan kerja

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

54 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya