Laboratorium BSL 3, Seperti Ini Pengamanannya

Reporter

Selasa, 26 Agustus 2014 07:52 WIB

Peneliti bekerja dengan peralatan khusus di ruang penunjang BSL 3 Prof. DR. Sri Oemijati, di Percetakan Negara, Jakarta, 14 Agustus 2014. Ebola telah menyebabkan kematian mencapai 54,8 persen dan virus MERS CoV menyebabkan kematian mencapai 41,35 persen di dunia. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta-Jum’at lalu, 22 Agustus 2014, Tempo mendapat kesempatan untuk mengintip laboratorium tempat para ahli Indonesia membedah virus yang mematikan, termasuk MERS CoV (Middle East Respiratory Syndrome yang disebabkan oleh Coronavirus) dan virus flu burung. Tempat penelitian yang lazim disebut sebagai laboratorium biosafety level 3 (BSL 3) berada di Kementerian Kesehatan, tepatnya di Jalan Percetakan Negara No 23 Jakarta. Laboratorium ini diberi nama Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Sri Oemijati. (Baca: Mengintip Laboratorium Tempat Virus MerS Dibedah).


Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Profesor Tjandra Yoga Aditama, laboratorium BSL mempunyai tingkat pengamanan yang berbeda-beda. Tingkatannya dimulai dari satu sampai empat. Sampai saat ini, di Indonesia baru sampai BSL-3.


"Setiap tingkatan BSL beda-beda," kata Tjandra saat ditemui Tempo di laboratorium BSL 3, Kementerian Kesehatan. Dimulai dari BSL-1 yang merupakan jenis laboratorium seperti biasa dan dapat dilakukan di ruangan di mana saja. "Tidak memperhatikan suhu atau kelembapan," ujarnya, “ BSL-1 biasanya digunakan untuk mengurai bahan-bahan penelitian, seperti zat kimia. Tidak berbahaya.” (Baca: Lima Alasan MERS-CoV Lebih Penting daripada Ebola).

Adapun BSL-2 tingkat keamanannya sudah lebih ketat dibandingkan dengan BSL-1. Laboratorium BSL-2 biasanya dipakai untuk meneliti penyakit yang tidak membahayakan. "Tingkat resikonya tidak tinggi," kata Tjandra.

Untuk BSL-3, tingkat pengamannya sudah sangat tinggi. Mulai dari peneliti yang memakai alat pelindung khusus, seperti sendal karet, baju pengaman khusus, dan masker. Selain itu, tekanan ruangan harus negatif agar semua kotoran dan kuman tidak mengalir keluar. Selain pengaturan mesin sendiri, setiap saat ada petugas kontrol yang memperhatikan suhu, kelembaban, dan tekanan di ruangan.

Setiap harinya, suhu dan tekanan berbeda, sesuai dengan keperluan peneliti, sedangkan kelembaban harus dijaga jangan sampai ada jamur. Selain itu, akses masuk ke BSL-3 juga minim karena virus yang diteliti tingkat penularannya sangat tinggi. Peneliti juga tidak boleh lebih dari empat jam berada di BSL-3. "Tidak boleh sembarangan," kata Tjandra. (Baca: Peneliti: Unta Bukan Satu-satunya Penyebar MERS).

Di dalam BSL-3 juga terdapat pipa vakum dengan filter high efficiency particulate air (HEPA). Jika ada mikrobiologi atau kuman lepas, akan terperangkap filter dan mati. "Benar-benar harus steril," kata Tjandra lagi.

Di BSL-3 terdapat empat divisi, yang disebut tim bioresiko. Tim bioresiko ini merupakan tim khusus untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan pengawasan. Tjandra menyebut, tim berasal dari peneliti dan petugas lab. Empat divisi tersebut adalah bio-safety, bio-lab information security, bio-administrasi, dan bio-pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Untuk jumlah peneliti di BSL-3, menurut Tjandra, cukup banyak. Mereka bisa berganti melakukan penelitian. Hal yang penting adalah setiap peneliti harus sudah pernah melakukan traning dan patuh terhadap kode etik peneliti, seperti mengikuti setiap aturan yang berlaku selama di dalam BSL-3. "Karena, ya, itu tadi, tingkat resiko menularnya ke peneliti tinggi," ujar Tjandra. (Baca: Tujuh Pasien Terduga MERS Dirawat di Padang).

Untuk BSL-4, masih menurut Tjandra, hampir sama dengan BSL-3. Yang membedakan hanya tingkat pengaman yang lebih tinggi. "Seperti cara masuk yang mungkin akan lebih berlapis," katanya. Untuk masuk BSL-3, terdapat tiga pintu pengaman. "Kalau alat-alat yang digunakan pasti sama," katanya.

Saat ini, di Indonesia masih sampai BSL-3. Meski begitu, keberadaannya merupakan kemajuan bagi dunia penelitian di Indonesia. Sedangkan labotorium BSL-4 ada di beberapa negara, seperti Amerika, Singapura, dan India. "Dengan adanya laboratorium BSL 3, setidaknya Indonesia sudah dapat meneliti sendiri," kata Tjandra.

ODELIA SINAGA | AMRI MAHBUB



TERPOPULER
Hari Ini, Tim Advokasi Prabowo Lapor ke Komnas HAM
Polisi Panggil Pengurus Gerindra Soal Garuda Merah
ISIS Rebut Pangkalan Militer Suriah
Ini Saran Komnas HAM kepada Tim Advokasi Prabowo

Advertising
Advertising

Berita terkait

Apa Itu Sistem KRIS yang Bakal Menggantikan Kelas BPJS Kesehatan?

1 hari lalu

Apa Itu Sistem KRIS yang Bakal Menggantikan Kelas BPJS Kesehatan?

KRIS merupakan sistem baru dalam mengatur rawat inap yang melayani pengguna BPJS Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Sistem Kelas BPJS Kesehatan Diubah, Iuran Harus Pertimbangkan Finansial Masyarakat

3 hari lalu

Sistem Kelas BPJS Kesehatan Diubah, Iuran Harus Pertimbangkan Finansial Masyarakat

Pemerintah mewacanakan penghapusan sistem kelas BPJS Kesehatan dan menggantikannya dengan sistem KRIS sejak tahun lalu

Baca Selengkapnya

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

7 hari lalu

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

Jamaah Haji 2024 wajib menerima 3 vaksin, namun khusus jamaah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada penambahan vaksin polio.

Baca Selengkapnya

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

11 hari lalu

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

Presiden Jokowi menyoroti urgensi peningkatan jumlah dokter spesialis di Indonesia. Apa pesan untuk pemimpin baru?

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

16 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

18 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

21 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

24 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

25 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

35 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya