TEMPO Interaktif, Vatikan: Kardinal Joseph Ratzinger dinilai lebih berpeluang menjadi paus ke-265, menggantikan Paus Yohannes Paulus II yang meninggal pada 2 April lalu. Kardinal dari Jerman berusia 78 tahun itu dinilai berpandangan sama dengan pendahulunya.Proses pemilihan secara tertutup (konklaf) mulai berlangsung di Kapel Sistina, Kota Vatikan, sejak Senin kemarin. Konklaf dimulai pukul 16:30 waktu setempat (pukul 21:30 WIB). 115 kardinal yang berumur kurang dari 80 tahun dari 52 negara berhak memberikan suaranya. Kawasan dengan wakil terbesar adalah Eropa dengan 38 kardinal, disusul Amerika Tengah dan Selatan (20 kardinal), Amerika Utara (14), Afrika (11), dan Oceania (2). Italia menempatkan 20 orang kardinal. Seperti pendahulunya, Ratzinger menolak teologi pembebasandan modernisasi. Dia juga menolak praktek aborsi, penggunaan alat kontrasepsi, dan pastur wanita. Pria yang diangkat sebagai kardinal sejak 1977 ini mendapatkan julukan 'sang pemaksa" karena membungkam gereja-gereja Katolik yang memiliki pendirian berlawanan dengan Vatikan. Sejumlah orang menduga, Ratzinger diperkirakan memiliki dukungan kuat karena kiprahnya sebagai Ketua Dewan Kardinal dan pemimpin doktrin Vatikan selama 24 tahun. Seorang pejabat Vatikan yang telah bekerja dengannya selama bertahun-tahun merasa yakin bahwa profesor di bidang teologi dogmatis dan sejarah dogma pada Universitas Regensburg, Jerman, itu akan terpilih. "Saya sangat yakin Ratzinger akan menjadi paus yang baru," kata dia. Lawan terberat Ratzinger adalah Kardinal Dionigi Tettamanzi, 71 tahun. Uskup Agung Milan ini akan menjadi pilihan favorit bagi kardinal beraliran moderat dan reformis. Apalagi dia mendapatkan dukungan dari kardinal senior, Carlo Maria Martini, yang disukai sebagian besar orang. Faisal