Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri mempersoalkan sebutan untuk dirinya dalam seminar nasional tentang kelautan di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu, 11 Juni 2014. Ceritanya, saat Mega diminta menyampaikan pidatonya, panitia menyebutnya mantan presiden.
Megawati kemudian mengoreksinya dengan mengutip aturan protokoler yang baru. Berdasarkan protokoler, sapaan untuk dirinya adalah presiden kelima, bukan mantan presiden. "Jadi, terbayangkan tidak, Indonesia ini dalam urusan yang kecil saja sangat sulit mensosialisasikannya," kata Megawati di hadapan peserta seminar yang diselenggarakan oleh Dewan Kelautan Indonesia.
Tak hanya soal sapaan resmi dirinya, Megawati juga mengkritik perlakuan yang diberikan penyelenggara terhadap dirinya saat berpidato. Saat disebut sebagai mantan presiden, kata Mega, maka pidatonya ditempatkan di urutan belakang. Sebaliknya, ketika ia disapa sebagai presiden kelima.
"Makanya saya harus menegaskan, hari ini saya mengantar Pak Jokowi sebagai calon presiden yang datang dari partai kami," ujar Megawati, yang hadir di seminar dengan didampingi Jokowi.
Selain mengkritik soal sapaan dirinya, Megawati juga mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono selama sepuluh tahun di bidang kelautan. Ia menilai kebijakan kelautan justru jalan di tempat atau malah menurun dibanding masa pemerintahannya.