Warga Kawasan Bencana Merapi Tak Dapat Fasilitas  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Jumat, 28 Maret 2014 20:00 WIB

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X memberikan keterangan pers setelah menerima naskah UU Keistimewaan DIY di kompleks kantor Gubernur, Kepatihan, Yogyakarta, (4/9/2012). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Erupsi Gunung Merapi Rabu lalu membuat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X kembali mengingatkan penduduk yang ngotot menetap di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Sleman. “Warga yang tetap tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi tidak akan mendapatkan fasilitas dari pemerintah,” katanya, Jumat, 28 Maret 2014. Fasilitas itu berupa infrastruktur listrik dan air.

Menurut Sultan, ketiadaan fasilitas itu risiko sikap penduduk karena kawasan tersebut harus kosong dari hunian berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Hingga saat ini masih ada 656 kepala keluarga yang menolak relokasi. Mereka tinggal di tiga dusun di Desa Glagaharjo, yaitu Dusun Srunen, Kalitengah Lor, dan Kalitengah Kidul. “Kalau saya enggak berani (memberikan fasilitas), nanti melanggar undang-undang. Kalau ada keputusan presiden, ya, wani. Tapi Presiden sampai sekarang enggak berani, kok,” ujarnya.

Sultan pun tak bisa memaksa warga turun dan bersedia direlokasi. Dengan demikian, kata dia, warga tiga dusun itu harus siap turun tiap saat jika status Merapi meningkat. Sultan pernah mengusulkan solusi kepada presiden, yakni membangun konsep hidup harmonis (living harmony) antara warga di kawasan rawan bencana III dan lingkungan Merapi. Namun hingga kini belum ada keputusan. “Saya enggak mau mengeluarkan keputusan. Harus pusat,” kata Raja Keraton Yogyakarta ini.

Menurut Sultan, cara lain adalah merevisi peraturan itu. Misalnya, ada putusan dari presiden untuk mengganti Glagaharjo yang semula KRB III menjadi bukan KRB III. “Pemerintah berani tidak? Ya, ora wani. Kan bahaya (daerah itu). Kalau ada apa-apa yang disalahkan Presiden,” kata Sultan. Adapun Sultan sebagai gubernur juga tidak berani.

Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) DIY Herry Zudianto juga tak berani mengambil konsekuensi. “PMI hanya bergerak saat kondisi darurat,” kata bekas Wali Kota Yogyakarta ini. Seperti yang terjadi saat Merapi mengeluarkan letusan kecil pada Kamis siang lalu. “Sukarelawan PMI di Pakem langsung bergerak evakuasi.”

Erupsi Gunung Merapi “kecil-kecilan” ini menyebabkan hujan abu vulkanis beberapa dusun di Kabupaten Sleman yang merupakan kawasan rawan bencana III juga tersapu hujan pasir, yakni Dusun Srunen, Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul di Glagaharjo, dan beberapa dusun di Kepuharjo dan Umbulharjo, Cangkringan. "Awalnya ada asap putih, lalu menjadi hitam, terus hujan pasir," kata Heri Suprapto, Kepala Desa Kepuharjo.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

12 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

15 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

19 hari lalu

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

34 hari lalu

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

35 hari lalu

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.

Baca Selengkapnya

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

44 hari lalu

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

52 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

56 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

4 Maret 2024

Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Tiga dari tujuh awan panas guguran tadi sore jarak luncurnya melampaui 2.000 meter.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

4 Maret 2024

Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tujuh kali pada Senin sore. Awan panas menuju arah barat daya.

Baca Selengkapnya