TEMPO Interaktif, Jakarta:Menteri Luar Negeri Israel Simon Perez dijadualkan berada di Jakarta pada 30-31 Maret 2002. Bekas Perdana Menteri Israel itu diundang menghadiri Silaturahmi Nasional “Grand Design Nahdhatul Ulama (NU) antara Kultural dan Kepentingan Global” yang akan diselenggarakan oleh Barisan Muda NU. Hal ini diungkapkan Nur Hamid Ketang, ketua panitia acara itu kepada Tempo News Room di Gedung PBNU, Kamis (21/3) siang. “Simon sudah bersedia datang pada tanggal 30 Maret mendatang, yang penting pertimbangan politis dan keamanannya terjamin,” jelas Hamid. Menurutnya, saat ini yang menjadi kendala adalah masalah penjemputan Menlu Israel tersebut dari Singapura. Hamid menambahkan, Simon Perez yang merupakan Ketua Perez Foundation telah mendapat dukungan dari bekas Presiden KH Abdurrahman Wahid yang juga merupakan salah satu pengurus dari yayasan itu. Dikatakannya, pihak panitia telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada Presiden Megawati Soekarnoputeri dan Sekretariat Negara sejak dua minggu lalu. “Hingga kini belum ada tanggapannya,” ujarnya. Ia meyakinkan, para sesepuh NU tidak akan keberatan dengan masalah kedatangan Simon Perez ke Jakarta. Menanggapi akan adanya reaksi keras dari kelompok-kelompok Islam garis keras seperti Front Pembela Islam (FPI) atau Laskar Jihad, Hamid menegaskan, pihaknya akan tetap menyelenggarakan acara tersebut. Demikian pula halnya jika ada reaksi keras dari pemerintah dan berbagai kalangan masyarakat, lanjut Ketua Umum BMNU, Maksum Zuber, pihak panitia tetap akan melanjutkan rencana mereka. “Walaupun dilarang Presiden kami akan terus,” sambung Hamid dengan yakin. Maksum menjelaskan, dengan datangnya Simon perez ke Indonesia, diharapkan dapat memberikan dua dampak positif bagi bangsa Indonesia. Pertama, kedatangan Menlu Israel tersebut dapat memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional, bahwa Indonesia bukan sarang teroris sebagaimana dituduhkan oleh Amerika Serikat dan Singapura, serta menunjukkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang cinta damai. Selain itu, kedatangan Simon Perez ini diharapkan dapat memberikan keyakinan bagi para investor asing untuk masuk ke Indonesia. Sementara itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri RI Marty Natalegawa, enggan memberika komentar dengan alasan dia belum mengetahui rencana kedatangan Simon Perez ke Indonesia. “Saya harus cek dulu,” ujarnya. Simon Perez rencananya akan hadir sebagai pembicara dalam acara silaturahmi nasional tersebut, dimana dia akan membawakan makalah berjudul “NU Between Liberalism and Global Ethics in Encouraging for Plural Societies.” Selain Simon perez, yang juga akan tampil sebagai pembicara adalah Kiai Haji Abdurrahman Wahid (Ketua Dewan Syuro PKB), Arbi Sanit (Pengamat Politik), Jalaludin Rahmat, Kiai Haji Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU), Ulil Absor Abdala, Nur Kholis Madjid (Yayasan Paramadina), Alwi Shihab (Ketua Umum PKB), Munir (Kontras), Mahfud MD (Pakar Hukum), Mayjen TNI Tubagus Hasanudin (Pakar Militer), Tarkobin Bina Suhendra (Pakar Manajemen), dan Sambas Wirakusuma (Pakar Pendidikan). Sementara tempat penyelenggaraan di Hotel Indonesia, namun, kata Hamid, itu belum pasti, bisa saja dipindahkan ke Hotel Mandarin. Mengneai adanya penundaan berkaitan dengan sulitnya Simon Perez masuk ke Indonesia, Maksum menegaskan, pihaknya akan mengundurkan acara sampai dengan paling lambat tanggal 22 April mendatang. (Faisal)