Suasana di Lhok Nga, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam setelah terjadi tsunami tanggal 26 Desember 2004. Semua bangunan hancur, kecuali masjid. DOK. TEMPO/Hariyanto
TEMPO.CO, Jakarta --Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Suhardjono meyakinkan gempa di kawasan selatan Jawa Tengah siang tadi tidak berpotensi tsunami. "Gempa tadi tidak tsunamigenik," kata Suhardjono, Sabtu 25 Januari 2014.
Menurut Suhardjono, itu disebabkan gempa itu tak memenuhi syarat-syarat terjadinya tsunami. Tsunami terjadi akibat energi yang dilepaskan dari sumber gempa. Karena itu syarat pertama, energi yang dilepaskan harus besar. "Besarnya di atas 7 (pada skala Richter)." Sementara gempa siang tadi besarnya 6,5 pada skala Richter. "Ini belum bisa menimbulkan tsunami."
Syarat kedua, energi berasal dari laut dangkal, yaitu di bawah 70 kilometer. "Tsunami itu kalau kedalamannya 30 sampai 15 kilometer." Sedangkan gempa Jateng bersumber pada kedalaman lebih dari 80 kilometer.
Ketiga, untuk menghasilkan tsunami mesti ada mekanisme deformasi sumber gempa sehingga air laut terusik. Deformasi yang dimaksud berupa patahan jenis thrust fault atau berupa patahan naik dan patahan turun. "Tadi patahannya normal, tidak naik-turun" Suhardjono berkata.
Seperti diberitakan sebelumnya, lepas tengah hari tadi, pukul 12.14 WIB, gempa berkekuatan 6,5 pada skala Richter terjadi di kawasan selatan Jateng, tepatnya di 104 kilometer Barat Daya Kebumen atau 147 kilometer barat daya Yogyakarta.
Pusat gempa berada di bagian dalam lempeng Eurasia di luar zona subduksi lempeng Hindia Australia-Eurasia. Gempa bahkan terasa hingga Solo, Boyolali, Klaten, Magelang, Sragen hingga Semarang. (baca:Data Kerusakan Akibat Gempa Kebumen)