Peredaran Merkuri di Banyuwangi Mengkhawatirkan

Reporter

Selasa, 21 Januari 2014 17:57 WIB

TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Banyuwangi - Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Husnul Khotimah, mengatakan peredaran merkuri di daerahnya makin mengkhawatirkan. Bahan kimia tersebut banyak digunakan penambang belerang rakyat untuk memisahkan bijih emas. "Ada pasar gelap perdagangan merkuri," kata Husnul kepada wartawan, Selasa, 21 Januari 2014.

Menurut dia, tingkat mengkhawatirkan itu diketahui setelah Kementerian Lingkungan Hidup dan Universitas Indonesia meneliti kondisi kesehatan warga dan kualitas lingkungan di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, pada akhir Oktober 2013 lalu. Kementerian meneliti 50 orang pengolah tambang emas rakyat dengan mengambil sampel rambut, darah, dan kuku jari tangan serta kaki. Selain meneliti penambang rakyat, Kementerian juga memeriksa limbah padat, air, dan udara.

Di Desa Sumberagung terdapat tiga tempat pengolahan bijih emas. Jumlah penambang emas rakyat di kecamatan tersebut sekitar 7.000 orang. Mereka menggunakan merkuri untuk pemisahan bijih emasnya. Menurut Husnul, meski Kementerian belum merilis hasil penelitian itu, peredaran gelap merkuri berpotensi besar mencemari tubuh manusia dan lingkungan. Sebab, penambang tidak memakai sarung tangan dan masker saat memisahkan bijih emas. Limbah yang dihasilkan langsung dibuang di halaman rumah atau sungai.

Padahal, bila tangan mereka terluka, merkuri bisa masuk ke aliran darah. Merkuri juga cepat menguap sehingga bisa terserap ke paru-paru. Limbah yang langsung dibuang bisa masuk ke bawah tanah dan mencemari sumur warga.

Husnul menduga ada dua jalur peredaran gelap merkuri itu. Pertama, dipasok oleh toko-toko emas yang ada di kecamatan tersebut. Kedua, dijual oleh pemodal-pemodal yang mengerahkan penambang rakyat. Biasanya, selain memberi upah untuk penambang, para pemodal itu juga menyediakan bahan baku seperti merkuri. "Tapi hasil selengkapnya kami menunggu hasil penelitian Kementerian," kata dia. (Baca pula: Menhut Restui Tambang Emas Terbuka di Banyuwangi).

Pada Juni 2013 lalu, Tempo pernah mewawancarai sejumlah penambang dan pemilik tempat pengolahan bijih emas rakyat. Rohim, seorang penambang, mengatakan pasokan merkuri, atau yang mereka kenal dengan air raksa, biasanya didapatkan dari penambang asal Bogor, Jawa Barat. Pada 2009, ada 100 lebih penambang asal Bogor yang eksodus ke Banyuwangi. Mereka kerap menjual merkuri dan berbagai peralatan penggelondongan emas. Satu kilogram merkuri biasanya dijual Rp 1,6 juta. "Mereka cari emas, sekalian berdagang," kata dia.

Salah seorang pemilik pengolahan bijih emas, Suparjiono, 50 tahun, bercerita, dalam sebulan ia memakai 5 kilogram merkuri untuk 20 kali proses pemisahan bijih emas. Satu mesin biasanya menghaluskan 3 kilogram material, 20 liter air, dan 0,3 kilogram merkuri. Dengan demikian, limbah yang dihasilkan untuk 10 mesin mencapai sekitar 200 liter sekali proses. Limbah cair berwarna abu-abu langsung dibuang ke belakang rumahnya, berupa sebuah kebun seluas setengah hektare.

Suparjiono membeli merkuri dengan harga Rp 1.750.000 per kilogram lewat beberapa pemasok di wilayahnya. Dia berdalih bahwa bahan kimia ini aman bagi lingkungan. "Sudah lima tahun ada tambang rakyat, tidak ada yang tercemar dan sakit," katanya.

IKA NINGTYAS




Berita Terpopuler:
Ahok: Gimana Enggak Banjir Kalau Tanggul Dibolongi?
7 Ekspresi Sewot Ani SBY di Instagram
Jokowi Rembuk Banjir di Katulampa, Ini Hasilnya
Seberapa Kaya Sutan Bhatoegana?
Geram Ahok Soal Molornya APBD DKI

Berita terkait

Terobosan BRIN Ubah Limbah Tahu menjadi Biogas

17 Februari 2024

Terobosan BRIN Ubah Limbah Tahu menjadi Biogas

Peneliti BRIN melakukan penelitian mengubah limbah tahu menjadi biogas di Kabupaten Bandung. Bermanfaat memenuhi kebutuhan memasak rumah tangga.

Baca Selengkapnya

Adhy Karyono Jadi Pj Gubernur Jawa Timur

16 Februari 2024

Adhy Karyono Jadi Pj Gubernur Jawa Timur

Adhy menggantikan Khofifah Indar Parawansa yang berakhir masa jabatannya pada 13 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Ini Arti 5 Warna Tempat Sampah, Beda untuk Sampah Organik dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun

9 November 2023

Ini Arti 5 Warna Tempat Sampah, Beda untuk Sampah Organik dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun

Warna pada tempat sampah memiliki arti masing-masing. Berikut 5 warna tempat sampah dan peruntukannya.

Baca Selengkapnya

Jakarta Gandeng Swasta untuk Layanan Gratis Kelola Sampah Elektronik Rumah Tangga

13 Juli 2023

Jakarta Gandeng Swasta untuk Layanan Gratis Kelola Sampah Elektronik Rumah Tangga

Volume sampah elektronik di Jakarta pada 2021 mencapai 75,63 ton per hari

Baca Selengkapnya

Atur Regulasi Sampah Elektronik, Dinas Lingkungan Hidup DKI: Mungkin Baru Ada di Jakarta

13 Juli 2023

Atur Regulasi Sampah Elektronik, Dinas Lingkungan Hidup DKI: Mungkin Baru Ada di Jakarta

Sejak 2017, Dinas Lingkungan Hidup DKI memiliki layanan penjemputan sampah elektronik di masyarakat secara gratis

Baca Selengkapnya

Pemprov Jatim Santuni Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Rp 10 Juta

2 Oktober 2022

Pemprov Jatim Santuni Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Rp 10 Juta

Gubernur Jawa Timur Khofifah mengatakan pemerintah akan bertanggung jawab atas biaya perawatan dan pengobatan korban Tragedi Kanjuruhan.

Baca Selengkapnya

Jawaban Pemprov Jawa Timur Soal Saldo Pemda Nganggur di Bank Paling Banyak

3 Mei 2022

Jawaban Pemprov Jawa Timur Soal Saldo Pemda Nganggur di Bank Paling Banyak

Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa dana Pemerintah Daerah Jawa Timur di perbankan memiliki saldo tertinggi per Maret 2022.

Baca Selengkapnya

Menteri LHK Umumkan Penilaian 2.583 Perusahaan, Tak Ada yang Kategori Hitam

28 Desember 2021

Menteri LHK Umumkan Penilaian 2.583 Perusahaan, Tak Ada yang Kategori Hitam

Dari 2.583 perusahaan yang dinilai, Menteri LHK Siti Nurbaya menyebut tingkat ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup capai 75 persen.

Baca Selengkapnya

Pemprov DKI Terapkan Protokol Pengolahan Limbah Masker Domestik

3 April 2020

Pemprov DKI Terapkan Protokol Pengolahan Limbah Masker Domestik

Terjadi lonjakan penggunakan masker di masyarakat yang berpotensi masuk kategori limbah bahan beracun berbahaya atau B3.

Baca Selengkapnya

Buntut Sampah Plastik Selundupan, Impor Kertas Diperketat

17 Juni 2019

Buntut Sampah Plastik Selundupan, Impor Kertas Diperketat

Temuan penyelundupan sampah plastik dalam impor kertas bekas membuat pemerintah memutuskan untuk memperketat impor kertas bekas.

Baca Selengkapnya