Mahasiswa Yogya Peringati Peristiwa Malari  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 15 Januari 2014 15:25 WIB

Aksi demonstrasi pada peristiwa Malari berujung pada sejumlah pengrusakan. Foto: Dok.Tempo/Syahrir Wahab

TEMPO.CO, Yogyakarta - Puluhan mahasiswa Yogyakarta memperingati peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari 1974) dengan aksi demonstrasi di pertigaan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Rabu, 15 Januari 2014. Mahasiswa menuntut peristiwa Malari diusut kembali. Menurut mereka, para pelaku dan antek-antek mereka penyebab kerusuhan harus diseret ke pengadilan.

"Kami menuntut hukuman mati bagi aktor pemicu Malari,” ujar Fauzan Adzim, koordinator Front Aksi Mahasiswa Jogja.

Saat peristiwa Malari tahun 1974 itu, mahasiswa menyampaikan aspirasi penolakan terhadap dominasi asing, terutama Jepang, dalam perekonomian Indonesia. Kedatangan Perdana Menteri Jepang waktu itu, Kakuei Tanaka, ke Jakarta ditolak mahasiswa. Salah satu tokoh mahasiswa saat itu adalah Hariman Siregar. Aksi protes yang berlangsung damai itu kemudian diikuti oleh adanya peristiwa pembakaran.

Tercatat saat itu ada 11 korban jiwa, 75 korban luka berat, ratusan orang luka ringan, dan 775 orang ditahan. Selain itu, 807 mobil dan 187 sepeda motor dibakar. Sebanyak 160 kilogram emas raib dari pertokoan dan barang-barang elektronik juga dibakar. "Gedung-gedung dan pertokoan porak-poranda ada sebanyak 144 gedung," ujar Fauzan Adzim terkait peristiwa 40 tahun lalu itu.

Aksi mahasiswa dan pelajar itu, kata dia, juga tidak murni alias disusupi. Peristiwa itu juga diwarnai oleh adanya friksi di dalam elite politik dan militer, yaitu antara kubu Jenderal Soemitro dan Ali Murtopo.

Mahasiswa yang tergabung dalam Front Aksi Mahasiswa Jogja juga menolak proyek raksasa pabrik pasir besi dan pembangunan bandar udara di Kulon Progo. Sebab, pembangunan itu tidak berpihak kepada rakyat dan petani. "Proyek di Kulon Progo merupakan kapitalisasi. Mereka dipaksa dari masyarakat petani menjadi masyarakat industri," kata Hari Moti, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, peserta unjuk rasa.

Mahasiswa juga menolak program Master Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011, yang membagi negara ini menjadi enam koridor pembangunan: Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Moti menilai percepatan ekonomi itu justru tidak memihak kepada rakyat.

MUH SYAIFULLAH



Berita Lain:
Anas Urbaningrum Ditahan, Dosen Unair Meminta Maaf
Mahfud Mengaku Heran Atas Pemilihan Akil Mochta
Soal Dugaan Suap Pilgub Jatim, Ini Kata Cak Imin
Kata Istrinya, Anas Urbaningrum Sedang Tirakat
Kado Tahun Baru Anas Urbaningrum Versi Ipar SBY

Berita terkait

Tokoh Peristiwa Malari 1974: Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Sjahrir, hingga Rahman Tolleng

15 Januari 2024

Tokoh Peristiwa Malari 1974: Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Sjahrir, hingga Rahman Tolleng

Tepat 50 tahun lalu, 15 Januari 1974, Jakarta diamuk massa. Peristiwa ini disebut Malari. Siapa saja tokoh yang terlibat?

Baca Selengkapnya

50 Tahun Peristiwa Malari, Salah Satu Ikon Demonstrasi Mahasiswa

15 Januari 2024

50 Tahun Peristiwa Malari, Salah Satu Ikon Demonstrasi Mahasiswa

Pada 15 Januari 1974 atau 50 tahun lalu terjadi Peristiwa Malari, akronim dari Malapetaka Lima Belas Januari. Salah satu ikonik demonstrasi mahasiswa

Baca Selengkapnya

Kisah Malari 49 Tahun Lalu: Kejanggalan Sidang, Jerat Antisubversi hingga Rivalitas 2 Jenderal

16 Januari 2023

Kisah Malari 49 Tahun Lalu: Kejanggalan Sidang, Jerat Antisubversi hingga Rivalitas 2 Jenderal

Pasca Malari aparat menahan 775 orang termasuk aktivis mahasiswa dan cendikiawan seperti Hariman Siregar, Sjahir, Yap Thiam Hien hingga Rahman Tolleng

Baca Selengkapnya

Peristiwa Malari 1974: Demonstrasi Tolak Kunjungan PM Jepang Kakuei Tanaka Berujung Rusuh

15 Januari 2023

Peristiwa Malari 1974: Demonstrasi Tolak Kunjungan PM Jepang Kakuei Tanaka Berujung Rusuh

Peristiwa Malari adalah demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial menolak kedatangan PM Jepang Kakuei Tanaka ke Indonesia pada 15 Januari 1974.

Baca Selengkapnya

29 Tahun Komnas HAM: Sosok Ali Said, Ketua Komnas HAM yang Aneh di Era Soeharto

7 Juni 2022

29 Tahun Komnas HAM: Sosok Ali Said, Ketua Komnas HAM yang Aneh di Era Soeharto

Pada saat yang sama Soeharto menunjuk pensiunan Ketua Mahkamah Agung RI, Ali Said, untuk menyusun Komisi tersebut dan memilih para anggota Komnas HAM.

Baca Selengkapnya

Ormas Kepemudaan Era Orde Baru: Apa Kabar KNPI dan AMPI?

13 Desember 2021

Ormas Kepemudaan Era Orde Baru: Apa Kabar KNPI dan AMPI?

Banyak ormas pemuda yang berdiri saat era Orde Baru. Di antaranya adalah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan AMPI.

Baca Selengkapnya

6 Klub Liga 1 Bermarkas di Yogyakarta, PT LIB Dapat Dukungan Polda DIY

29 Juli 2020

6 Klub Liga 1 Bermarkas di Yogyakarta, PT LIB Dapat Dukungan Polda DIY

Operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) mendapatkan dukungan dari Polda Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menggelar lanjutan Liga 1 musim 2020.

Baca Selengkapnya

Polda DIY Akui Banyak Terduga Teroris Tertangkap di Yogyakarta

21 Mei 2019

Polda DIY Akui Banyak Terduga Teroris Tertangkap di Yogyakarta

Kapolda berharap masyarakat tidak khawatir dengan kemungkinan masih adanya terduga teroris di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Polda DIY Fokus Amankan Tempat Wisata Libur Lebaran

14 Mei 2019

Polda DIY Fokus Amankan Tempat Wisata Libur Lebaran

Polda DIY akan memfokuskan pengamanan kawasan objek wisata saat libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bawa Peluru, Pria Ini Ditangkap Saat Masuk Mako Brimob Yogya

13 Maret 2019

Bawa Peluru, Pria Ini Ditangkap Saat Masuk Mako Brimob Yogya

Kepolisian DIY menangkap seorang pria berinisial Rm RDY yang membawa barang mencurigakan saat menyambangi markas Brimob Polda DIY.

Baca Selengkapnya