Begini Yayasan Cahaya Guru Menyoal Kerudung  

Reporter

Editor

Elik Susanto

Jumat, 3 Januari 2014 08:07 WIB

Ratusan siswa SD menunggu iring-iringan rombongan Presiden SBY menuju Jogja Expo Center (JEC), kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bandung, Yogyakarta, Selasa (23/10). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Yayasan Cahaya Guru sekaligus Dewan Pertimbangan Federasi Serikat Guru Indonesia, Henny Supolo, mengatakan terdapat salah satu permasalahan pelik dalam dunia pendidikan nasional. Anehnya, masalah ini tidak terlalu diperhatikan oleh banyak pihak, yaitu keseragaman di sekolah, khususnya sekolah negeri.

Berdasarkan pengamatan Yayasan Cahaya Guru pada periode 2006-2010, kata Henny, ditemukan pengakuan sejumlah guru dipaksa menggunakan seragam. Pengakuan ini diambil dari sampel 80 persen guru sekolah negeri dan 20 persen guru sekolah swasta.
"Dari 80 persen (guru negeri), ada yang menyatakan terpaksa ketika mengenakan seragam," kata Henny di Jakarta, Kamis, 2 Januari 2014.

Seragam yang dimaksud adalah penggunaan kerudung bagi guru-guru di sekolah negeri. Pemakaian kerudung tersebut dianggap sebagai seragam sekolah yang harus dikenakan. Padahal, menurut Henny, sekolah negeri adalah tempat yang menjadi andalan untuk menyemai keberagaman. "Sekolah negeri seakan lupa fungsi sebagai penyemai keberagaman," kata Henny.

Ada pengakuan mengejutkan dari guru yang mengatakan dirinya dituduh hendak menggoda kepala sekolah karena tidak mengenakan kerudung. "Bayangkan, satu pilihan terhadap baju langsung disangkutkan dengan moral," kata Henny.

Keseragaman yang mengacu pada suatu agama mayoritas terjadi pada siswa. Di antaranya, ada siswa yang tertekan karena harus menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama mayoritas, padahal dirinya pemeluk kepercayaan. (Baca: Anak Papua Punya Cerita)

Keseragaman tersebut juga terjadi pada seragam siswa, khususnya pada hari Jumat. Yayasan Cahaya Guru menemukan salah satu sekolah di Jakarta Timur, di mana semua murid pada hari Jumat mengenakan seragam agama mayoritas. Sedangkan siswa-siswa nonmayoritas diharuskan mengenakan batch di dadanya sesuai dengan simbol agama masing-masing.

"Sejak kapan kita harus punya label di dahi yang menyatakan agama yang dianut dan mengapa sekolah negeri menganggap ini penting," kata Henny sembari meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan harus mengambil sikap atas fenomena tersebut. "Harusnya mengeluarkan suatu SK yang menyatakan keberagaman harus diwujudkan dalam keseharian di sekolah," kata Henny.

Henny menambahkan dia telah menyampaikan isu tersebut kepada Menteri Pendidikan, M. Nuh. Namun, laporan itu tidak kunjung mendapat tanggapan. Dia mengharapkan semoga pada 2014 ini Menteri Nuh mau menanggapi fenomena tersebut.

Senada dengan Henny, Itje Chodijah, trainer guru sekaligus anggota Dewan Pertimbangan FSGI, menyatakan pemakaian busana muslim di hari Jumat dan batch tersebut akan menimbulkan benih distorsi yang akan mengakibatkan terjadinya ekslusifisme kelompok tertentu. "Sudah tidak saatnya kita mengurusi hal tersebut," kata Itje.

Selain pemakaian busana agama, terjadi juga beberapa hal, yaitu maraknya ritual agama menjelang Ujian Nasional yang dilakukan berdasarkan kayakinan dan pembelajaran kurikulum 2013 yang menguatkan pada agama mayoritas. "Kenapa mengantisipasi perubahan yang massif ini, kok, beloknya ke agama," kata Itje.

RIZKI PUSPITA SARI

Berita Terpopuler
Jokowi Perintahkan PNS DKI Naik Angkutan Umum
Kelompok Teroris Ciputat Punya Rumah di Rempoa
Teroris Digerebek, Densus Sita Senjata di Bogor

Berita terkait

Penyelenggara Pesta di Depok Mengaku Ingin Rayakan Ulang Tahun

8 Juni 2022

Penyelenggara Pesta di Depok Mengaku Ingin Rayakan Ulang Tahun

Penjaga rumah menyebut peserta pesta di Perumahan Pesona Depok Estate 2, yang disebut sebagai pesta bikini, merupakan mahasiswa dan pelajar

Baca Selengkapnya

Harga Tiket Pesta Bikini di Depok Mencapai Rp 8 Juta

8 Juni 2022

Harga Tiket Pesta Bikini di Depok Mencapai Rp 8 Juta

Harga tiket untuk mengikuti pesta bikini di Perumahan Pesona Khayangan, Kota Depok, bisa mencapai lebih dari Rp8 juta per orang.

Baca Selengkapnya

Penggerebekan Party di Depok, Kasat Reskrim: Bukan Pesta Bikini, Hanya Joget

6 Juni 2022

Penggerebekan Party di Depok, Kasat Reskrim: Bukan Pesta Bikini, Hanya Joget

Polres Metro Depok buka suara soal penggerebekan pesta bikini di sebuah perumahan.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Gerebek Pesta Bikini di Depok, Peserta Hampir 200 Orang

6 Juni 2022

Polda Metro Jaya Gerebek Pesta Bikini di Depok, Peserta Hampir 200 Orang

Polisi meminta keterangan penyelenggara pesta bikini di Depok karena mengadakan pesta di perumahan dengan jumlah massa banyak tanpa izin.

Baca Selengkapnya

Polda Jatim Selidiki Kolam Renang yang Ditutup karena Bikini

25 Februari 2016

Polda Jatim Selidiki Kolam Renang yang Ditutup karena Bikini

Polda Jatim menanyakan menanyakan kenapa kolam Gua Pote ditutup.

Baca Selengkapnya

Pesta Seks di Ritz-Carlton, Nomor Kontak Panitia Tak Aktif

21 Desember 2015

Pesta Seks di Ritz-Carlton, Nomor Kontak Panitia Tak Aktif

Polisi memastikan berita acara itu hoax.

Baca Selengkapnya

Pesta Seks di Ritz-Carlton? Polda Metro Jaya: Itu Hoax

21 Desember 2015

Pesta Seks di Ritz-Carlton? Polda Metro Jaya: Itu Hoax

Informasi soal pesta seks di Ritz-Carlton beredar melalui media sosial.

Baca Selengkapnya

Delapan Sekolah Cabut Laporan Soal Pesta Bikini  

1 Juli 2015

Delapan Sekolah Cabut Laporan Soal Pesta Bikini  

Ada dua sekolah lagi yang belum damai, yakni SMA Muhammadiyah Rawamangun dan SMA Alkamal.

Baca Selengkapnya

Baru Delapan Sekolah Cabut Laporan Pesta Bikini  

1 Juli 2015

Baru Delapan Sekolah Cabut Laporan Pesta Bikini  

Ada dua sekolah lagi yang belum mencabut laporannya.

Baca Selengkapnya

Pesta Bikini SMA, Polisi Periksa Kepala Sekolah  

5 Mei 2015

Pesta Bikini SMA, Polisi Periksa Kepala Sekolah  

Kasus pencemaran nama baik dalam iklan pesta bikini bisa diselesaikan secara damai.

Baca Selengkapnya