TEMPO.CO, Semarang - Tren pengaduan terhadap media ke Dewan Pers pada tahun ini mengalami peningkatan cukup tajam. Ketua Komisi Hukum Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo menyatakan jumlah pengaduan atas media ke Dewan Pers periode Januari hingga November 2013 sudah menembus angka lebih dari 800 pengaduan.
"Pengaduan di 2013 naik tajam dibanding jumlah pengaduan di tahun 2012, yang hanya 476 pengaduan," kata Stanley, panggilan akrab Yosep Adi Prasetya, dalam Focus Group Discussion "Independensi Newsroom Media" yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang bersama Yayasan Tifa di Semarang, Sabtu, 22 Desember 2013.
Pengaduan 800 lebih pada tahun 2013 itu bisa bertambah karena data pengaduan pada Desember belum masuk pendataan. Dewan Pers baru akan merilis jumlah seluruh pengaduan 2013 pada Januari 2014.
Stanley menambahkan, jenis pengaduan ke Dewan Pers dari tahun ke tahun sama, seperti pengajuan hak jawab, pengaduan tentang berita secara umum, permintaan pendapat sesuai UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, pengaduan tentang kekerasan terhadap wartawan, pengajuan hak koreksi, pengaduan perilaku tindakan wartawan, mengadukan iklan, wartawan digugat, pengaduan foto/ilustrasi, dan opini.
Adapun pihak yang sering diadukan ke Dewan Pers masih didominasi wartawan media cetak, disusul wartawan media online dan wartawan media, pejabat, polisi, organisasi pers, dan lain-lain.
Stanley menambahkan, berita tidak berimbang dan berita tidak ada konfirmasi menjadi jenis pelanggaran media yang sering diadukan. Ada juga jenis pelanggaran mencampuradukkan fakta dan opini/menghakimi, tidak akurat, tidak profesional dalam mencari berita, dan lain-lain.
Stanley menyatakan Dewan Pers akan terus berusaha menyelesaikan pengaduan. Bentuk penyelesaian pengaduan di antaranya mengeluarkan pernyataan penilaian dan rekomendasi melalui mediasi, melalui surat-menyurat dan atau komunikasi, serta memberikan pendapat kepada Komisi Penyiaran Indonesia.
Stanley juga menengarai, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan ketidakpuasan unsur pemerintah terhadap kinerja pers. Ketidakpuasan itu disalurkan ke dalam beberapa tindakan, yakni mengajukan keberatan secara langsung ke media, mengajukan pengaduan Dewan Pers, melakukan tindakan yang mengarah pada kekerasan terhadap media atau wartawan, secara terbuka menyampaikan kritik kepada pers, dan secara langsung mengambil langkah hukum untuk memperkarakan pers atau wartawan.
"Tiga tindakan terakhir sering memicu kontroversi dan reaksi perlawanan dari unsur pers," kata Stanley, yang juga salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) itu.
ROFIUDDIN
Berita terkait
Tulisan Soal Makar, Fadli Zon Akan Laporkan Allan Nairn ke Polisi
25 April 2017
Dalam tulisan Allan Nairn, Fadli Zon disebut terlibat dalam upaya makar untuk menggulingkan Presiden Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaDisebut dalam Laporan Allan Nairn, Hary Tanoe Lapor ke Polisi
25 April 2017
Pelaporan Hari Tanoe bermula dari tulisan Ahok Hanyalah Dalih untuk Makar yang ditulis oleh jurnalis asal Amerika Serikat, Allan Nairn.
Baca SelengkapnyaDiadukan Mabes TNI ke Dewan Pers, Tirto.id: Kami Kooperatif
24 April 2017
Sapto berujar, pihaknya akan menunggu mekanisme yang diterapkan Dewan Pers saat menerima pengaduan.
Baca SelengkapnyaJokowi Jarang Dikritik, SBY: Pers Tak Seganas Dulu
11 Juni 2016
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono merasa tercengang melihat perubahan pers saat ini.
Baca SelengkapnyaBegini Modus Wartawan Abal-abal Memeras
14 April 2016
"Yang paling banyak muncul adalah di daerah yang tingkat korupsinya tinggi. Fenomena media abal-abal ini tidak kami temukan di Malaysia atau Singapura."
Baca SelengkapnyaDulu Pemerintah Tekan Pers, Jokowi: Sekarang Sebaliknya
9 Februari 2016
Presiden Joko Widodo meminta pers patuh terhadap kode etik jurnalistik, terutama media online.
Baca SelengkapnyaMenunggu Presiden Berantas Amplop Wartawan
9 Februari 2016
Presiden Joko Widodo memastikan akan menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional 2016 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 9 Februari 2016. Dalam acara itu, Jokowi akan diberi panggung untuk berinteraksi dengan kurang-lebih 600 wartawan nasional, petinggi negara, dan tokoh masyarakat. Supaya pertemuan itu bermakna, bantuan atau kebijakan strategis apa yang bisa Presiden keluarkan agar kehidupan pers Indonesia semakin sehat?
Baca SelengkapnyaPers di Indonesia Dinilai Kena Sindroma Berlusconian
21 Januari 2016
Kepentingan pemilik media di industri pers dinilai mempengaruhi pemberitaan, mirip seperti Berlusconi di Italia.
Baca SelengkapnyaDewan Pers: Banyak Media Massa Terkontaminasi Politik
20 Januari 2016
Ada fenomena sejumlah pemilik media membentuk partai politik.
Baca SelengkapnyaGiliran Rizal Ramli 'Kepret' Pers: Banyak yang Sibuk Bisnis Pencitraan
2 November 2015
Menurut Rizal Ramli, sudah waktunya pers menjadi bagian dari transformasi bangsa, jangan sibuk dengan bisnis pencitraan.
Baca Selengkapnya