Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri (tengah) bersama Kader PDIP Joko Widodo (Jokowi) (kanan) dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani usai menutup Rakernas PDIP di Ancol, Jakarta, (8/9). TEMPO/Dasril Roszandi
Andrinof menyebutkan tiga keuntungan bila Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo, menjadi kandidat calon presiden. Pertama, PDI Perjuangan akan dengan mudah memenangi Pemilu 2014 dengan meraih suara terbanyak. Berdasarkan survei dari berbagai lembaga, elektabilitas Jokowi dinilai semakin hari semakin melejit. Hal ini tentu akan sangat menguntungkan partai berlambang banteng moncong putih itu. “PDIP bisa menang di legislatif. Dapat kursi Ketua DPR, dapat banyak kursi di komisi-komisi di DPR,” ujar dia saat dihubungi, Kamis malam, 12 Dersember 2013.
Kedua, Andrinof menambahkan, rakyat sudah bosan melihat pejabat yang bergaya hidup mewah dan ujung-ujungnya terjerat kasus korupsi. Publik butuh sosok yang sederhana dan mau turun ke bawah, seperti mantan Wali Kota Solo itu. “Jokowi merakyat, lebih unggul dari yang lain," ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI ini. Menurut Andrinof, capres yang lebih cerdas dan lebih kaya dari Jokowi banyak, namun kedekatan dengan rakyat cuma dimiliki Gubernur DKI Jakarta itu.
Ketiga, ketika Jokowi mencalonkan presiden, otomatis posisinya sebagai Gubernur DKI akan digantikan wakilnya, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama. Ahok yang memiliki sikap tegas itu bisa melanjutkan program-programnya bersama Jokowi dulu untuk menjadikan Jakarta yang baru. “Nanti, wakilnya Ahok kan bisa dari PDIP, jadi tetap sama saja,” kata Andrinof.