Ketua KPK, Abraham Samad dan anggota Timwas Century, Fahri Hamzah di Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis (12/01). TEMPO/Seto Wardhana.
TEMPO.CO, Jakarta - Rapat dengar pendapat antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat di Kompleks Parlemen Senayan, Senin, 2 Desember 2013, berlangsung panas. Ketua KPK Abraham Samad tampak berperang urat saraf dengan politikus Partai Keadilan Sejahtera Fahri Hamzah.
Perang urat saraf itu terjadi saat Fahri mengkritik langkah KPK mempercepat penanganan kasus Bank Century. Menurut Fahri, KPK mengikuti irama publik yang mendorong kasus ini menjerat Wakil Presiden Boediono dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Janganlah bapak didorong-dorong dan gagah-gagahan lagi, seperti adu ayam di kampung saya, pantatnya digosok kemudian gagah lagi, capek, Pak," ujar Fahri.
Kritik Fahri berlanjut pada sikap tertutup pimpinan KPK. Ia menyebut kesibukan pimpinan KPK mulai tidak normal karena tidak lagi mau bersahabat dengan orang lain. Bahkan ia mendengar kabar seorang pejabat KPK yang hendak menginap di rumah saudaranya tiba-tiba mengurungkan niat lantaran mengetahui profesi saudaranya kini adalah kontraktor.
"Kita semua ini manusia, janganlah begitu. Stres Bapak nanti. Bapak ini ditepokin orang sampai mati, bahaya loh, Pak," ujar dia serius.
Pernyataan Fahri pun dijawab oleh Abraham Samad. Mantan aktivis antikorupsi Makassar itu mengakui kasus Century sengaja dikebut karena menjadi prioritas lembaganya. Apalagi, kata dia, kasus Century adalah agenda yang terus disorot tim pengawas Century DPR yang orang-orangnya dipilih rakyat. Ia lantas mengkritik Fahri yang dianggap berbeda sikap dengan Timwas DPR.
"Alhamdulillah, hari ini Fahri menjadi pembela Boediono, luar biasa perubahannya 180 derajat," kata Abraham tersenyum. "Makanya tidak ribut lagi ini," ia menambahkan disambut tawa para peserta rapat.