Dua anak peserta karnaval menumpang pulang seusai acara yang memperingati Hari Kelahiran Pancasila di Surabaya (1/6). Karnaval ini juga mengarak Garuda Pancasila setinggi tujuh meter menuju Tugu Pahlawan Surabaya. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Budi Susilo Soepandji mengatakan saat ini posisi dasar negara Indonesia, Pancasila, dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Paham dan jiwa Pancasila mulai pudar dalam kehidupan masyarakat.
Penyebabnya adalah perjalanan reformasi yang secara tak langsung membawa kebebasan berlebihan. Pendapat dan gagasan masyarakat semakin berkembang seiring kebebasan reformasi, hingga membuat Pancasila semakin terlupakan.
"Ini berdasar penelitian yang dilakukan Lemhanas dan beberapa lembaga survei lain," kata Budi saat memberi sambutan Seminar Nasional di kantor Lemhanas, Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2013.
Kebebasan ini memunculkan paham radikal pada sekelompok masyarakat. Paham radikal ini lantas bertameng pada atribut agama.
Budi menyebutkan, radikalisme yang beratribut agama ini memunculkan pihak-pihak yang ingin mengganti ideologi Pancasila. Sayangnya, ia tak mau memerinci pihak mana saja yang ingin mengganti dasar negara Indonesia ini. "Tidak etis jika saya sebut nama-nama mereka," kata dia.
Kelompok-kelompok ini, Budi melanjutkan, berpendapat bahwa Pancasila adalah warisan zaman Orde Baru. Mereka berpikir Pancasila adalah paham kuno yang perlu diganti.
Alex Noerdin Ikuti Orientasi dan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan dari Lemhanas
26 Agustus 2019
Alex Noerdin Ikuti Orientasi dan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan dari Lemhanas
Mantan Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin, yang terpilih sebagai anggota DPR RI periode tahun 2019-2024, mengikuti Orientasi dan Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan yang digelar oleh Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) bagi Anggota DPR RI dan DPD RI Terpilih Periode 2019-2024, Senin, 26 Juli 2019.