Dua Tari Klasik di Pernikahan Agung Keraton Yogya  

Reporter

Editor

Juli Hantoro

Rabu, 23 Oktober 2013 14:42 WIB

Anak-anak dan menantu Sri Sultan Hamengkubuwono X berfoto bersama (ki-ka) KPH Yudonegoro, GKR Bendara (putri bungsu), KPH Wiranegara, GKR Pembayun (putri sulung), GKR Hayu (putri keempat), KPH Notonegoro, GKR Condrokirono (putri kedua), GKR Maduretno (putri ketiga), dan KPH Purbodiningrat di Bangsal Kesatriyan, kompleks Keraton Yogyakarta, (22/10). TEMPO/Suryo Wibowo.

TEMPO.CO, Yogyakarta - Dua beksan atau tari klasik ditampilkan dalam resepsi pernikahan putri Sultan Keraton Yogyakarta, Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dengan Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Rabu, 23 Oktober 2013. Kedua tari tersebut adalah tari Bedhaya Manten Sangaskara, yang ditampilkan pertama, dan Tari Lawung Ageng, ditampilkan terakhir.

"Tari Bedhaya Manten Sangaskara ini karya Sultan Hamengku Buwono IX," kata pembawa acara resepsi manten, Suryo Baskoro, di Bangsal Kepatihan.

Tari yang ditarikan enam penari perempuan tersebut hanya ditampilkan saat pernikahan putra-putri Raja Keraton Yogyakarta. Tarian itu menceritakan perjalanan sepasang anak manusia mulai dari masa kecil hingga akan menikah. Aslinya, tarian berdurasi dua jam, namun dalam resepsi dipersingkat menjadi 20 menit. Saat para penari menarikan tarian yang gerakannya lambat itu, baik sepasang pengantin maupun masing-masing orang tuanya tampak menyaksikan dengan khidmat.

Sementara Tari Lawung Ageng ditarikan 16 penari laki-laki. Tarian itu sangat kuno karena diciptakan Sultan Hamengku Buwono I yang memerintah pada 1755-1792, namun saat ditarikan, satu per satu tamu undangan malah sibuk bersalaman dengan kedua mempelai dan orang tuan mereka.

Tari tersebut menceritakan prajurit yang tengah berlatih perang. Lantaran ada larangan dari pemerintah kolonial Belanda bagi prajurit untuk berlatih perang dengan menggunakan senjata sebenarnya, HB I kemudian mengalihkan olah keprajuritan dalam bentuk tarian untuk membangkitkan semangat kepahlawanan prajurit keraton waktu itu.

"Properti perangnya adalah lawung. Yaitu tombak yang ujungnya tumpul dengan panjang tiga meter," kata Suryo Baskoro yang juga Kepala Bidang Humas dan Keprotokolan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Ke-16 penari tersebut terdiri dari dua orang botoh, empat orang lurah, empat orang jajar, empat orang pengampil, dan dua orang salaotho. Kedua salaotho tersebut mengenakan baju beskap biru dengan wajah berhiaskan bedak tebal berwarna putih. Salah satu tangannya mengangkat ubarampe berbentuk kotak setinggi telinganya.

Para penari kedua beksan tersebut juga ikut kirab kereta dari Keben Keraton Yogyakarta menuju Bangsal Kepatihan. Kereta yang ditumpangi penari Bedhaya Manten Sangaskara adalah kereta Kyai Permili. Kereta tersebut berukuran paling besar dan mampu mengangkut 16 orang. Sedangkan para penari Lawung Ageng mengikuti kirab dengan menunggang kuda yang tinggi dan kokoh.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Topik Terhangat
Sultan Mantu| Misteri Bunda Putri| Gatot Tersangka| Suap Akil Mochtar| Dinasti Banten

Berita Terpopuler

Video Rekaman Seks Siswa SMP Perlu Ditelusuri
Ada Spanduk Larang Umat Katolik Beribadat
Wah, Wali Kota Airin Dalam Incaran KPK
Uang Rp 2,7 Miliar Bukti Suap Baru Akil Mochtar
Video Agnes Monica Nyanyi Dangdut Ada di Youtube
Vicky Prasetyo Senang Bisa Meng-Islam-kan Corrien

Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

5 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

6 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

9 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

12 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

39 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

44 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

46 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

46 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

50 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

54 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya