Degradasi Lingkungan Gunung Gede Pangrango

Reporter

Rabu, 2 Oktober 2013 04:14 WIB

Seorang anak menikmati panorama Gunung Gede Pangrango yang terlihat dari situs Megalitik Gunung Padang di kawasan Cianjur, Jawa Barat, Minggu (10/3). Selain menyajikan ketenangan, lokasi situs Gunung Padang juga menawarkan panorama pemandangan yang indah. TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Bogor--Kepala Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Herri Subagidi mengatakan, dalam kurun waktu sekitar 35 tahun di Gunung Gede dan Pangrango sudah terjadi degradasi lingkungan. Bahkan sejak tahun 2001 di lokasi tersebut banyak lahan pertanian yang beralih pungsi menjadi lahan pemukiman.

"Pada tahun 1972, masih banyak daerah hijau itu seluas 187 hektere dan masih sedikit pemukiman dan industri, serta eksploitasi masih rendah namun saat ini sudah berubah jauh,"kata dia dalam kegiatan Forum Dialog Pengelola Cagar Biosfer

Dalam dialog yang mengambil tema Pelestarian Lingkungan Hidup dari Prospektif Agama dan Budaya tersebut, Herri jugamengatakan jika sumber air yang berasal dari kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) dipastikan akan terus menyusut, hal tersebut akibat maraknya aktivitas perambahan hutan. "Jika kawasan ini terganggu, maka yang terkena dampaknya adalah masyarakat hilir," katanya.

Herri menjelaskan, kawasan Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu sumber air terbesar di Jawa Barat. Kawasan ini terletak di tiga kawasan dari Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi hingga Kabupaten Bogor dan merupakan sumber air baku untuk berbagi keperluan masyarakat tiga wilayah tersebut termasuk Jabodetabek.

"Jika rusak, banyak yang akan merasakannya. Sebab penduduk di kawasan Sukabumi, Cianjur dan Jabodetabek mengangantungkan hidup dengan menggunakan air dari kawasan taman nasional," ujarnya.

Kendati demikian, untuk memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi, pihaknya terus berupaya melakukan restorasi tentunya dengan program yang terintergreitasi. "Sebagian upaya ini sudah berhasil, dan diharapkan restorasi ini terus berjalan sehingga dapat memperbaiki fungsi tangkapan air," katanya.

Secara pribadi, kata dia, pihaknya mendukung dibentuknya lembaga adat di setiap desa, sehingga upaya pelestarian kawasan taman nasional bisa dilakukan secara maksimal. Pasalnya Saat ini memang tidak ada program untuk membentuk lembaga adat, tetapi yang ada hanya pembentukan kelompok-kelompok masyarakat.

"Ini sangat membantu pencegahan perambahan hutan. Karena dengan adanya aturan-aturan adat, kalau ada yang melanggar, bisa dikenakan sanksi adat, karena menurut pengalaman sanksi adat itu lebih mujarab ketimbang sanksi negara," kata dia.

Ia mengatakan, Taman Nasional Gede Pangrango merupakan sebagai zona inti dari cagar biofor Cibodas ini daerahnya tinggidan lereng yang curam untuk mengelola air secara alami. "Wilayah zona inti ini untuk tata air wilayah bandung, bogor, cianjur, jika zona ini sekali terganggu, maka masyarakat hilir yang akan kena," kata dia.

M SIDIK PERMANA

Terhangat
Edsus LEKRA | Senjata Penembak Polisi | Mobil Murah


Baca juga:

Lobi Meja Makan ala Jokowi Dipuji
AC Pesawat Mati? Ini Kata Dirut Lion Air
Diminta Tak Tergiur Jadi Capres, Jokowi: Apa?
Ahok: Menperin Jangan Sampai Bohongi Menkeu

Berita terkait

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

5 hari lalu

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

Pemberintah Belanda mengaku ingin melihat langsung kondisi di IKN sebelum mereka berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

37 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

4 Maret 2024

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

29 Januari 2024

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

Walhi mengungkapkan kerusakan lingkungan yang diakibatkan hilirisasi industri nikel di Maluku Utara.

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Industri Nikel Merusak Hutan dan Lingkungan Indonesia

24 Januari 2024

Penelitian Sebut Industri Nikel Merusak Hutan dan Lingkungan Indonesia

Penelitian menyebutkan aktivitas industri nikel di Indonesia menyebabkan kerusakan hutan dan lingkungan secara masif.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Kritik Gibran Glorifikasi Hilirisasi Nikel Jokowi: Faktanya Merusak Lingkungan

23 Januari 2024

Greenpeace Kritik Gibran Glorifikasi Hilirisasi Nikel Jokowi: Faktanya Merusak Lingkungan

Greenpeace mengkritik Gibran yang mengglorifikasi program hilirisasi nikel Presiden Jokowi. Industri ini dinilai banyak merusak lingkungan.

Baca Selengkapnya

Di Debat Cawapres, Mahfud Kutip Surat Ar-Rum Ayat 41 Ingatkan Soal Kerusakan Alam

21 Januari 2024

Di Debat Cawapres, Mahfud Kutip Surat Ar-Rum Ayat 41 Ingatkan Soal Kerusakan Alam

Dalam debat cawapres, calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md mengatakan kerusakan alam di bumi terjadi karena tingkah laku manusia.

Baca Selengkapnya

TKN Prabowo-Gibran Bilang Perusahaan Perusak Lingkungan Harus Dihukum Seberat-beratnya

21 Januari 2024

TKN Prabowo-Gibran Bilang Perusahaan Perusak Lingkungan Harus Dihukum Seberat-beratnya

Menurut Budisatrio Djiwandono, Prabowo-Gibran akan memberikan hukuman berat kepada pihak yang merusak alam.

Baca Selengkapnya

Karhutla di Gunung Arjuna Capai 4.000 Hektare, Diduga Ulah Pemburu

8 September 2023

Karhutla di Gunung Arjuna Capai 4.000 Hektare, Diduga Ulah Pemburu

Karhutla di Gunung Arjuna dan sekitarnya pertama kali terpantau muncul di kawasan Bukit Budug Asu, pada Sabtu, 26 Agustus lalu.

Baca Selengkapnya

Walhi Sebut Pidato Kenegaraan Jokowi Dorong Kerusakan Lingkungan

17 Agustus 2023

Walhi Sebut Pidato Kenegaraan Jokowi Dorong Kerusakan Lingkungan

Aulia menilai pidato Presiden Jokowi sangat mencerminkan keberpihakan pemerintah terhadap padat modal.

Baca Selengkapnya