Masyarakat Adat Minta Macan Tutul Dikembalikan ke Habitatnya

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Minggu, 29 September 2013 16:47 WIB

Macan tutul Jawa yang memiliki nama latin Panthera pardus melas, adalah satu-satunya kucing besar yang tersisa di Pulau Jawa. CIFOR

TEMPO.CO, Cilacap - Masyarakat adat Dayeuhluhur meluncurkan petisi online untuk meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah mengembalikan macan tutul yang terjerat jebakan babi ke Bukit Pembarisan, Desa Kuta Agung Dayeuhluhur, Cilacap, Jawa Tengah. Bagi warga setempat, macan tutul itu merupakan penjaga hutan yang sangat dihormati. “Kami menyebutnya karuhun, leluhur kami yang selama ini menjaga hutan tetap lestari,” kata sesepuh adat Dayeuhluhur Cilacap, Endom Kustomo, Ahad, 29 September 2013.

Ia mengatakan, petisi online dibuat agar karuhun bisa segera dilepaskan ke hutan di desa itu. Selain itu, mereka tak percaya dengan kebun binatang yang selama ini terkenal buruk rekam jejaknya dalam memelihara satwa, terutama hewan karnivora. Seekor macan tutul (Panthera pardus melas) terjebak jeratan babi hutan pada Kamis, 26 September 2013. Macan itu dibius dan dibawa ke Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara.

Endom mengatakan, karuhun merupakan kearifan lokal masyarakat adat setempat. Karuhun selama ini dinilai sebagai penyeimbang rantai makanan di hutan. Jika tak ada macan, populasi babi hutan akan meningkat dan mengganggu tanaman pertanian. Selama ini, kata dia, tak ada sejarahnya ada macan memakan manusia di desa itu. Macan ke luar hutan karena mengikuti babi hutan yang mencari makan di pinggir hutan.

Executive Officer Harimau Kita, Hariyawan Wahyudi, mengatakan ada dua jenis pelepasliaran satwa, yakni langsung dan tak langsung. “Lihat kondisinya dulu, kalau kondisinya sehat bisa langsung dilepaskan,” katanya. Menurut dia, pelepasan langsung biasanya dilakukan di tempat asal hewan itu ditemukan. Ia menambahkan, kondisi sosial masyarakat setempat sudah bagus karena mau meminta dilepaskan di hutan asal. “Biasanya langsung dikuliti dan dijual,” kata dia.

Hariyawan menambahkan, jika dilepasliarkan di Nusakambangan, harus diperhatikan tingkat kerapatan populasi satwa sejenis. Setidaknya di Nusakambangan ada 18 ekor macan tutul yang tersisa, dan tersedia cukup makanan. Selain itu, faktor keamanan dari perburuan liar juga terjamin.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah, Christanto, mengatakan tak akan membiarkan macan tutul itu menjadi koleksi pejabat atau Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara. “Dalam tujuh tahun, tiga gajah mati di Kebun Binatang Serulingmas,” katanya.

Daripada menjadi koleksi kebun binatang, kata dia, ia memutuskan untuk melepasliarkan kembali macan tutul itu ke Nusakambangan. Menurut dia, Nusakambangan dinilai cocok untuk habitat baru macan tutul karena di sana ada 18 ekor macan tutul lainnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Kebun Binatang Serulingmas, Nurvavik Krismiarto, berharap macan itu bisa menambah koleksi kebun binatangnya. “Kalau benar jantan, bisa dikawinkan dengan macan tutul betina yang ada di sini,” dia menambahkan.

ARIS ANDRIANTO

Berita terkait

Top 3 Tekno: Rampogan Harimau Jawa, Asal-usul THR, dan 10 Ponsel Terbaru

31 hari lalu

Top 3 Tekno: Rampogan Harimau Jawa, Asal-usul THR, dan 10 Ponsel Terbaru

Pembahasan soal tradisi pertarungan harimau, Rampogan, menjadi artikel terpopuler Tekno.

Baca Selengkapnya

Kisah Tradisi Rampogan Macan yang Diduga Jadi Penyebab Punahnya Harimau Jawa

32 hari lalu

Kisah Tradisi Rampogan Macan yang Diduga Jadi Penyebab Punahnya Harimau Jawa

Tradisi ini dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1905 karena menjadi salah satu penyebab punahnya harimau Jawa.

Baca Selengkapnya

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

34 hari lalu

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

Lewat publikasi ilmiah, sampel sehelai rambut itu dipastikan dari seekor harimau jawa.

Baca Selengkapnya

Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

34 hari lalu

Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

Baru-baru ini ada publikasi hasil analisis pemeriksaan DNA dari sehelai rambut yang membuktikan keberadaan harimau jawa di Sukabumi, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Cara BRIN Meneliti Jejak Harimau Jawa di Sukabumi, Spesies yang Dikategorikan Punah Selama 40 Tahun

38 hari lalu

Cara BRIN Meneliti Jejak Harimau Jawa di Sukabumi, Spesies yang Dikategorikan Punah Selama 40 Tahun

Peneliti BRIN menelisik DNA pada temuan rambut yang diduga milik Harimau Jawa, hewan yang dkategorikan punah sejak puluha tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Tanda Kehidupan Harimau Jawa, Ditemukan Sehelai Rambut di Sukabumi

40 hari lalu

Tanda Kehidupan Harimau Jawa, Ditemukan Sehelai Rambut di Sukabumi

Empat peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini berhasil membuktikan adanya tanda-tanda jejak kehidupan harimau jawa.

Baca Selengkapnya

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

52 hari lalu

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

Sidang parlemen "Dua Sesi" Cina resmi ditutup dengan hasil akhir menyepakati anggaran pemerintah pusat dan daerah periode 2024, menerima laporan kerja

Baca Selengkapnya

KLHK Soal Marak Monyet Ekor Panjang Masuk Permukiman: Harimau Jawa Sudah Punah

59 hari lalu

KLHK Soal Marak Monyet Ekor Panjang Masuk Permukiman: Harimau Jawa Sudah Punah

KLHK sebut Ledakan populasi monyet ekor panjang di Pulau Jawa karena harimau jawa sudah punah dan macan tutul jawa langka.

Baca Selengkapnya

Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

26 Februari 2024

Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

Penyaluran beras SPHP dimaksimalkan sebanyak 200 ribu ton per bulan untuk periode Januari-Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

23 Februari 2024

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

Ketua IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan, pemerintah daerah berperan untuk pemerataan dokter spesialis

Baca Selengkapnya