TEMPO.CO, Semarang - Sekolah negeri di Kota Semarang kekurangan ratusan tenaga pengajar. Tercatat, sejak bulan Desember tahun lalu, 550 guru sekolah negeri mengakhiri masa kerjanya. "Paling banyak guru di sekolah dasar dan guru pendidikan jasmani," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bunyamin, Senin, 23 September 2013.
Bunyamin menjelaskan, kekurangan guru itu terjadi pada semua sekolah negeri di Kota Semarang, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dan kejuruan. Kebutuhan akan guru diprediksi akan semakin besar. Sebab, berdasarkan catatan dinas pendidikan saat ini, banyak guru agama mulai mendekati masa pensiun. Meski tak menyebutkan jumlahnya, Bunyamin menilai kondisi ini akan mengganggu sistem pembelajaran dalam menerapkan kurikulum 2013 yang mulai berlaku pada tahun depan.
Kurangnya jumlah guru yang ada itu dinilai tak sesuai dengan kuota penerimaan guru negeri lewat pendaftaran calon pegawai negeri sipil di Kota Semarang yang hanya dibuka untuk 40 orang. Sedangkan upaya memenuhi kekurangan dengan cara pengangkatan tenaga honorer kategori 2 atau yang telah mengabdi sebelum tahun 2005 hanya diambil 30 persen dari 900 tenaga honorer yang memenuhi syarat untuk ikut tes. "Tentunya masih kurang, sehingga menyulitkan sistem pengajaran mendatang," katanya.
Upaya mempekerjakan guru tenaga honorer di sekolah negeri pun tak mungkin dilakukan. Sebab, secara aturan, pemerintah daerah dilarang mempekerjakan tenaga honorer di sekolah negeri. Menurut Bunyamin, aturan larangan mempekerjakan pengajar honorer itu dipertegas dengan aturan bahwa pemerintah daerah dilarang mengeluarkan anggaran gaji untuk tenaga honorer.
Pakar birokrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi dari Universitas Diponegro Semarang, Warsito, menilai krisis guru yang terjadi di Kota Semarang akan menghambat layanan pemerintah terhadap pendidikan. Ia meminta agar pemerintah mencabut aturan yang melarang pemberian honor kepada guru yang telah magang di sekolah negeri. "Keberadaan tenaga honorer itu sebagai antisipasi ancaman krisis guru seperti sekarang," kata Warsito.
EDI FAISOL
Berita terkait
Gawat, Kota Pangkalpinang Terancam Kehabisan Guru
23 Mei 2017
Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang saat ini dilanda kekhawatiran akan habisnya jumlah guru yang mengajar di SD dan SMP.
Baca SelengkapnyaPresiden Perintahkan Tata Ulang Penyebaran Guru
18 Januari 2017
Pemindahan lokasi dinas guru akan diperketat. Rencananya, penempatan guru tak lagi diatur daerah saja, tapi juga oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca SelengkapnyaDaerah Tertinggal, Terluar, Terpencil Kurang Ribuan Guru
25 November 2016
Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy akan merekrut 6.000 guru untuk wilayah tertinggal, terluar, dan terpencil.
Baca SelengkapnyaCirebon Kekurangan 600 Guru Berstatus PNS, Sebagian Guru SD
7 November 2016
Kalau moratorium pengangkatan PNS tidak segera dihentikan, maka menurut Jaja memasuki 2019 hampir bisa dipastikan guru SD hampir habis.
Baca SelengkapnyaBangkalan Kekurangan 3.000 Guru PNS
26 Agustus 2016
Kekurangan guru di Bangkalan karena tidak meratanya kualitas pendidikan antara SD negeri di kota dan desa.
Baca SelengkapnyaPendidikan Sektor Maritim Kekurangan Pengajar
27 Oktober 2015
Padahal dalam Nawacita Presiden Joko Widodo, Indonesia fokus
pada sektor maritim.
Jakarta Krisis Ribuan Guru Baru
28 September 2015
Sekitar 78 persen guru di Jakarta sudah berusia lebih dari 51 tahun.
Baca SelengkapnyaKota Bekasi Kekurangan Guru Sekolah Dasar
28 Juni 2015
Sebanak 110 guru memasuki masa pensiun pada tahun ini.
Baca SelengkapnyaKemendikbud Targetkan Kirim 3.500 Guru ke Pelosok
22 Juni 2015
Guru yang dikirimkan ke daerah terpencil akan mendapatkan fasilitas perumahan.
Baca SelengkapnyaJokowi ke Guru: Bentuk Mereka dengan Mental yang Baik
25 Mei 2015
Sebanyak 798 peserta program Guru Garis Depan diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil.
Baca Selengkapnya