TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan pemantauan satelit penginderaan jauh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) 18, di Riau saat ini hanya ada 1 titik kebakaran hutan dan lahan alias hotspot. Titik kebakaran itu terletak di wilayah Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Padahal, pada awal pekan lalu, tepatnya 24 Juni 2013, titik api yang terpantau di daerah Riau masih sebanyak 265 titik.
“Ini menunjukkan operasi pemadaman yang dilakukan tim gabungan BNPB cukup berhasil,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, saat dihubungi pada Minggu 30 Juni 203.
Hari ini adalah hari ke sepuluh dilakukannya operasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. Kebakaran hutan di wilayah inilah yang menyebabkan negara tetangga Singapura dan Malaysia diselimuti asap sejak pertengahan Juni lalu.
Meski data pemantauan satelit menunjukkan titik kebakaran sudah jauh berkurang, namun operasi pemadaman kebakaran dengan cara membuat hujan buatan, pemadaman dari udara (water bombing), serta pemadaman dari darat masih akan terus dilakukan. Fakta di lapangan menunjukkan titik api di wilayah Riau masih lebih dari 1 titik.
“Berdasarkan survei personel di lapangan, titik api yang belum padam di Riau masih berjumlah belasan” kata Sutopo.
Satelit NOAA, ujarnya, hanya mendeteksi 1 titik kebakaran karena memang di titik itu sebaran apinya paling besar. Selain itu, resolusi satelit ini tidak mampu menginderakan titik kebakaran yang lebih kecil atau yang lokasinya berada di bawah permukaan tanah. Memang, Sutopo menjelaskan, belasan titik api yang ditemukan oleh tim survei bentuknya berupa kebakaran lahan gambut dengan kedalaman hingga lebih dari 6 meter.
“Kebakaran seperti itu tidak akan terdeteksi satelit,” ujarnya. Selain kebakaran pada lahan gambut, katanya, survei langsung menunjukkan masih ada kebakaran pada lahan terbuka. “Tapi sebarannya tidak terlalu luas.”
Untuk memastikan seluruh titik api di Provinsi Riau benar-benar dapat dipadamkan, setiap hari tim gabungan penanggulangan kebakaran hutan melakukan operasi dari darat dan udara. Untuk kebakaran di lahan terbuka, kata Sutopo, sekitar 3000 pasukan pemadam yang terdiri dari personel TNI, Manggala Agni, dan unsur lainnya telah disebar.
Sementara itu, untuk operasi dari udara, saat ini BNPB masih mengandalkan 1 unit pesawat Hercules dan 1 unit CASA untuk melakukan rekayasa cuaca. Pemadaman secara langsung dengan metode water bombing juga masih akan dilakukan. Untuk operasi water bombing ini, 3 helikopter Bolkow yang berkapasitas 500 liter air.
“Operasi pemadaman juga dilakukan sekaligus untuk mensurvei titik api yang tersisa,” Sutopo menuturkan. Para personel dibekali alat GPS (global positioning system) untuk menentukan titik-titik api yang masih menyala. Laporan dari petugas di lapangan, ujarnya, langsung ditindaklanjuti dengan melakukan water bombing di lokasi yang telah ditentukan.
Sisa titik api yang ada saat ini di Riau, menurutnya, akan lebih efektif jika dipadamkan menggunakan metode water bombing atau hujan buatan. “Karena itu tadi, hotspotnya ada di lahan gambut yang sulit dipadamkan kalau hanya dilakukan penyiraman dari darat,” ucapnya.
PRAGA UTAMA
Topik Terhangat
Ribut Kabut Asap |PKS Didepak?| Persija vs Persib |Penyaluran BLSM |Eksekutor Cebongan
Baca Juga:
Diego Maradona Emoh Tampil di Dahsyat
Ini Wasit Final Piala Konfederasi 2013
Jokowi dan Megawati Terpukau dengan Ariah
Maradona Rombak Jadwal di Indonesia
Maradona: Jangan Campur Sepak Bola dengan Politik