Aksi menolak Hari Tanpa Tembakau. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Pamekasan-Ratusan ribu bibit tembakau di Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, mati akibat diguyur hujan dalam sepekan terakhir. Kondisi ini membuat petani merugi rata-rata Rp 1 juta.
"Lahan terendam air, jadi busuk kekuningan," kata Muhammad, petani asal Desa Kertagenah, Kecamatan Kadur, menyampaikan keluhannya di Hari Anti Tembakau Dunia Jumat 31 Mei 2013.
Menurut dia, tahun ini dirinya menanam sekitar 12 ribu bibit tembakau untuk digunakan sendiri dan 70 persennya membusuk. "Meski ada yang masih hidup, tapi tidak bisa ditanam, karena sering terkena air hujan kwalitasnya tidak baik," ujarnya.
Muhammad mengaku pasrah menghadapi anomali cuaca saat ini. Dia belum berencana memulai pembenihan bibit tembakau baru karena takut merugi. "Istirahat dulu, sampai cuaca normal untuk tanam tembakau," katanya.
Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pamekasan, Triwijaya membenarkan matinya bibit tembakau di wilayahnya akibat guyuran hujan. Diakuinya, Dinas Pertanian memang mengumumkan kepada petani bahwa awal musim tanam tembakau diprediksi antara April dan Mei ini.
Namun prediksi yang didasarkan hasil koordinasi dengan BMKG Karang Ploso, Malang ini ternyata meleset sehingga membuat petani merugi. "Kami terus berkoordinasi dengan BMKG soal prediksi cuaca, apakah musim hujan tahun ini akan berkepanjangan atau tidak," katanya.
Komnas Pengendalian Tembakau Sebut Kenaikan Cukai Tak Akan Efektif, Ini Usulannya
3 Februari 2023
Komnas Pengendalian Tembakau Sebut Kenaikan Cukai Tak Akan Efektif, Ini Usulannya
Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau kembali mendorong pelaksanaan rencana pemerintah untuk melarang penjualan rokok secara batangan atau ketengan.