Lobi Simulator SIM ke Banggar DPR di Kafe De Luca
Editor
Yandi M rofiyandi TNR
Rabu, 29 Mei 2013 15:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Kardus air kemasan itu berpindah tangan di area parkir Plaza Senayan, Jakarta Selatan. Ini bukan kardus biasa: isinya uang kertas yang diperkirakan sejumlah Rp 4 miliar. Pembawanya Wasis Triapambudi, anggota staf Korps Lalu Lintas Kepolisian RI. Penerimanya ajudan politikus Partai Golkar, Azis Syamsuddin.
Transaksi di parkiran itu sudah ditulis Majalah Tempo empat bulan lalu, pada edisi Minyak Angin Penangkal 'Masuk Angin'. Ketua Panitia Lelang Simulator Ajun Komisaris Besar Teddy Rusmawan Selasa 28 Mei 2013 kembali menegaskan transaksi itu di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Selasa 28 Mei 2013.
Sebelum transaksi parkiran berlangsung, di kursi luar Kafe De Luca, juga di area parkir mal itu, Azis Syamsuddin duduk bersama koleganya, Bambang Soesatyo. Ajun Komisaris Besar Teddy Rusmawan, kepala panitia pengadaan simulator untuk ujian surat izin mengemudi, yang telah berkomunikasi dengan Azis, datang mendatangi mereka. Ia menyampaikan: “Kiriman ada di mobil.” Azis lalu meminta “paket” dipindahkan ke mobil yang ia tumpangi bersama Bambang, sedan hitam Mercy S-Class.
Teddy memimpin proyek simulator mobil dan sepeda motor tahun anggaran 2011 senilai Rp 196,8 miliar. Ia beberapa kali menemani Kepala Korps Lalu Lintas Inspektur Jenderal Djoko Susilo menemui anggota Dewan Perwakilan Rakyat demi memuluskan pembahasan anggaran proyek ini. Transaksi di De Luca pada akhir 2010 itu merupakan bagian dari serangkaian lobi yang mereka lakukan.
Perjamuan pertama dilakukan di Restoran Nippon Kan, Hotel Sultan, Jakarta. Djoko dan Teddy menemui Muhammad Nazaruddin, anggota Dewan dari Partai Demokrat. Menurut seseorang yang mengetahui peristiwa ini, Nazaruddin menawarkan jasa “pengamanan” anggaran Kepolisian, termasuk proyek simulator. Djoko setuju dan meminta Nazaruddin berhubungan dengan Teddy.
Teddy kembali bertemu dengan Nazaruddin di Restoran King Crab, Kawasan Bisnis Sudirman, Jakarta Selatan. Ia ditemani beberapa pengusaha, termasuk Budi Susanto, Direktur Utama PT Citra Mandiri Metalindo Abadi, yang belakangan memenangi proyek simulator. Nazaruddin juga tak sendiri. Di sana ada pula Anas Urbaningrum, ketika itu Ketua Fraksi Partai Demokrat Dewan, dan sejumlah koleganya, termasuk Saan Mustopa.
Dalam pertemuan itu, menurut seorang peserta pertemuan, Nazaruddin meminta uang jasa pengurusan anggaran Kepolisian. Besarnya sekitar 12 persen dari anggaran yang disetujui. Separuhnya harus dibayar di muka. Menurut saksi itu, Anas tidak berkomentar apa pun walau duduk cukup dekat dengan Nazaruddin.
Segera setelah pertemuan-pertemuan itu, menurut sumber yang sama, Teddy sibuk mengantar paket ke para politikus. Ia datang ke Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, menyerahkan Rp 4 miliar kepada Nazaruddin. Ditaruh dalam paper bag dan dalam bentuk uang dolar Amerika Serikat, bingkisan ini merupakan jatah untuk Partai Demokrat.
Bagian untuk politikus PDI Perjuangan sejumlah Rp 2 miliar dikirimkan ke kantor Herman Herry, anggota Dewan dari partai itu, di Panglima Polim, Jakarta Selatan. Duit ini dibungkus kotak cokelat, juga diantar Teddy Rusmawan, yang ditemani sopirnya. Lalu ia datang ke Plaza Senayan buat menemui Azis Syamsuddin.
Semua pertemuan itu, menurut sumber tepercaya, telah disampaikan Teddy Rusmawan kepada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi. Ketika ditanyai soal ini setelah dimintai keterangan sebagai saksi, Senin pekan lalu, ia tak menjawab tegas. “Semua sudah saya sampaikan ke penyidik. Silakan tanya ke mereka,” kata mantan Ketua Primer Koperasi Kepolisian di Korps Lalu Lintas ini.
Bambang Soesatyo membantah hadir dalam penyerahan uang di Kafe De Luca. Ia mengaku hadir dalam pertemuan lain yang dihadiri Djoko Susilo di ruang VIP Restoran Basara, Menara Summitmas, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. Tapi, kata dia, dalam pertemuan itu tidak dibahas proyek simulator.
Menurut Bambang, pertemuan di Basara dihadiri banyak anggota Komisi Hukum Dewan. Ia mengatakan acara pada awal 2010 itu dihadiri antara lain oleh Nazaruddin dan Herman Herry. Ketua Komisi Benny K. Harman juga datang. Bambang menyatakan hadir karena diajak Azis Syamsuddin. Adapun Djoko Susilo ditemani Teddy Rusmawan.
Menurut Bambang, Djoko membicarakan Rancangan Undang-Undang Lalu Lintas. Dalam rancangan itu, sebagian kewenangan polisi akan dialihkan ke Departemen Perhubungan. Di antaranya urusan surat izin mengemudi dan surat-surat kendaraan bermotor, dua sumber utama keuangan Kepolisian. Walhasil, Djoko berkeluh-kesah soal rencana itu.
Seingat Bambang, para politikus Senayan bergantian memberikan saran. Termasuk Azis dan Herman. Bambang mengaku hanya diam mendengar. Menurut Bambang, tak ada pembahasan spesifik anggaran. “Kami lalu makan-makan dan selesai,” tuturnya.
Berdasarkan catatan, Rancangan Undang-Undang Lalu Lintas disetujui Dewan pada 26 Mei 2009. Artinya, penjelasan Bambang bahwa pertemuan di Basara membahas pasal-pasal aturan itu tidak masuk akal. Apalagi, pada tanggal itu, Bambang juga belum menjadi anggota Dewan.
Apa pun, Bambang menolak tuduhan ikut menerima duit dari Korps Lalu Lintas. “Saya bukan mafia anggaran,” katanya. “Saya juga hanya sekali bertemu dengan Pak Djoko. Itu pun diajak Azis Syamsuddin.”
Azis mengakui sering datang ke Kafe De Luca. Namun ia menyatakan belum pernah sekali pun bertemu dengan Teddy. Dia menegaskan pula tidak mengurus soal anggaran. “Saya juga tak punya Mercy S-Class warna hitam,” ujarnya tentang paket uang yang dipindahkan ke mobil hitam di Plaza Senayan.
Herman Herry juga membantah menerima duit. “Saya bukan anggota Banggar. Jadi janggal kalau saya dituduh menerima uang,” katanya. Anas dan Saan pun membantah ikut pertemuan membahas anggaran Kepolisian. Soal pertemuan di King Crab, Anas mengatakan baru mendengarnya. “Jadi clear, very clear, tak ada pertemuan itu,” ujar mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini Rabu malam pekan lalu. Simak lika-liku Simulator SIM di sini.
WIDIARSI AGUSTINA, SETRI YASRA, IRA GUSLINA, AYU PRIMA SANDI, SUBKHAN J. HAKIM
Topik terhangat:
Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha Fathanah
Baca juga:
Keganjilan Harta Jenderal Djoko
6 Nama Penting Seputar Djoko Susilo
Gaya Mewah Djoko Susilo, Nunun, dan Miranda
Bantah Berita Tempo, Djoko Susilo Takut Ditahan