TEMPO.CO, Yogyakarta- Riset Kemitraan tentang Indonesia Governance Index (IGI) pada 2012 menunjukkan indeks tata kelola pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta menempati peringkat teratas dengan indeks 6,80.
Indeks tersebut bahkan melebihi dari rata-rata indeks tata kelola pemerintahan nasional nasional yang hanya 5,67. Penilaian tersebut berdasarkan dari enam prinsip meliputi: partisipasi, akuntabilitas, transparansi, efektivitas, keadilan, dan efisiensi.
“Tapi kalau dipilah tiap prinsip mempunyai penilaian yang berbeda. Tidak semua prinsip di Yogya mempunyai penilaian di atas rata-rata nasional,” kata peneliti IGI 2012 untuk wilayah DIY, Mohammad Faried Cahyono dalam launching IGI 2012 di Hotel Grand Aston Yogyakarta, Selasa 28 Mei 2013.
Faried menjelaskan, prinsip partisipasi, akuntabilitas, transparansi, dan efektivitas memiliki nilai di atas rata-rata nasional. Sedangkan untuk prinsip keadilan dan efisiensi berada di bawah rata-rata nilai nasional. Adapun nilai untuk prinsip partisipasi adalah 6,40 (cenderung baik), keadilan 2,90 (cenderung buruk), akuntabilitas 8,37 (baik), transparansi 7,97 (baik), efesiensi 5,19 (cukup), dan efektivitas 5,74 (cukup).
Sedangkan keenam prinsip tersebut menjadi indikator penilaian terhadap elemen birokrasi, pemerintahan, masyarakat sipil, dan masyarakat ekonomi. Penerapan prinsip keadilan dan efesiensi di arena pemerintah, penerapan prinsip efisiensi pada arena birokrasi, dan penerapan prinsip efektivitas pada arena masyarakat ekonomi masih menjadi catatan.
“Kesimpulannya, hanya arena masyarakat yang memiliki nilai indeks di atas rata-rata nasional untuk penerapan semua prinsip tata kelola,” kata Faried.
Peluncuran hasil riset tentang IGI 2012 ini dihadiri sejumlah aparat birokrasi, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan juga jurnalis. Sempat muncul pertanyaan soal penilaian prinsip transparansi di DIY yang mendapatkan nilai 10 alias nilai sempurna. Beberapa peserta mengaku mereka masih sulit mendapatkan informasi secara transparan dari beberapa institusi pemerintahan di Yogya.
Ketua Komisi Informasi Daerah (KID) DIY Siti Roswati Handayani menjelaskan bahwa bisa saja Yogya mendapat nilai sempurna untuk transparansi birokrasi. Soalnya, secara kelembagaan, instansi pemerintah di Yogya sudah mempunyai media online sehingga publik bisa mengakses informasi. Di setiap instansi juga sudah ada pejabat yang ditunjuk sebagai pengelola informasi dan dokumentasi (PPID).
Peneliti Kemitraan Lenny Hidayat menambahkan, bahwa riset IGI dilakukan di 33 provinsi di Indonesia. Peringkat kedua setelah DIY adalah Jawa Timur dengan indeks 6,42 dan disusul DKI Jakarta dengan indeks 6,33. Untuk penelitian di DIY merupakan tindak lanjut dari focus group discussion (FGD) yang digelar pada 16 Januari lalu.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Topik Terhangat:
Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah
Berita Terpopuler:
KPK: Hilmi Punya Banyak Informasi Soal Luthfi
Daftar Pemenang Indonesian Movie Award 2013
Ini 21 Pemain Timnas Lawan Belanda
Masjid Dibakar, Anti-Islam Merebak di Inggris
Reza Rahadian Tak Sengaja Injak Gaun BCL
Jokowi Berpeluang Jadi Calon Presiden dari PDIP
Berita terkait
Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh
12 hari lalu
Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.
Baca SelengkapnyaCerita dari Kampung Arab Kini
13 hari lalu
Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaBegini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X
17 hari lalu
Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi
Baca SelengkapnyaSultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional
20 hari lalu
Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaSultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?
46 hari lalu
Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.
Baca Selengkapnya60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar
52 hari lalu
Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat
Baca SelengkapnyaMenengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta
53 hari lalu
Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755
Baca SelengkapnyaKeraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat
53 hari lalu
Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.
Baca SelengkapnyaDI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah
58 hari lalu
Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram
Baca SelengkapnyaKetua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan
4 Maret 2024
Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.
Baca Selengkapnya