BPK Serahkan Laporan Hasil Pemeriksaan Semester I

Reporter

Editor

Rabu, 22 September 2004 12:33 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Rabu (22/9), menyerahkan hasil pemeriksaan semester I tahun anggaran 2004. Laporan itu disampaikan dalam rapat paripurna DPR, dimulai pukul 10.00 WIB, yang dipimpin Ketua DPR RI, Akbar Tandjung. Kepada anggota Dewan, Ketua BPK, Satrio B. Joedono melaporkan bahwa dalam semester I tahun anggaran 2004, BPK telah melakukan pemeriksaan dan tanggung jawab keuangan negara pada 377 buah entitas. Diantara 377 buah hasil pemeriksaan tersebut, ditemukan dua sangkaan tindak pidana korupsi dan kolusi atas pelaksanaan keuangan daerah. Menurut Billy, panggilan akrab Satrio B. Joedono, dugaan tindak pidana korupsi dan kolusi pada keuangan daerah tersebut telah dimuat dalam hasil pemeriksaan semester I tahun anggaran 2004. "Kami telah laporkan hal ini kepada Jaksa Agung RI," kata Billy kepada anggota Dewan.Billy menambahkan, kecuali pada kasus-kasus tersebut, penyimpangan-penyimpangan yang dilaporkan adalah merupakan pengelolaan keuangan negara yang tidak tertib, tidak taat pada peraturan, tidak efisien dan tidak efektif. Akan tetapi, penyimpangan-penyimpangan tersebut belum dilaporkan kepada Kepolisian Negara dan atau Kejaksaan Agung. Sebab, menurut Billy, sangkaan tindak pidana atau perbuatan yang menimbulkan kerugian negara belum mempunyai cukup bukti. Untuk memperoleh tingkat kepastian yang lebih tinggi tentang ada tidaknya sangkaan tindak pidana atau perbuatan yang menimbulkan kerugian negara, menurut Billy, beberapa diantara hasil pemeriksaan I akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan investigatif pada semester II tahun anggaran 2004.Cakupan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada semester I 2004 sebesar Rp 1.312.447.468,24,- atau 99,61 persen dari realisasi anggaran. Nilai aset yang diperiksa sebesar Rp 1.317.559.809,73,- . Jumlah penyimpangan yang ditemukan dalam pemeriksaan tersebut adalah sebesar Rp 37.393.487,52,- atau 2,85 persen dari cakupan pemeriksaan. Billy menjelaskan, bila dilihat tingkat pelanggaran per tahun, maka tahun 2002 lebih banyak dari pada tahun-tahun kemudian. Tetapi, menurut Billy, hal itu adalah biasa karena kasus-kasus yang diperiksa BPK pada tahun 2002, lebih banyak. "Sehingga penyimpangannya lebih banyak," kata Billy kepada wartawan.Billy berharap agar presiden baru yang terpilih, bisa lebih menekankan kepada para menteri, pejabat anggaran, serta gubernur bahwa tanggung jawab pemeriksaan keuangan adalah tanggung jawab mereka masing-masing. "Bukan tanggung jawab BPK ataupun DPR," jelas Billy. Erwin Daryanto - Tempo

Berita terkait

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

1 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Aman

23 November 2023

Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Aman

Ketua Komite Tetap Perpajakan Bidang Kebijakan Fiskal dan Publik Kadin Indonesia, Siddhi Widyaprathama, mengatakan, di penghujung 2023 ini kondisi perekonomian di Indonesia masih aman, meski ditengah gejolak yang terjadi dunia.

Baca Selengkapnya

DPR Setujui Pergeseran Anggaran Kemendikbud 2023 Rp1,37 Triliun

16 Juni 2023

DPR Setujui Pergeseran Anggaran Kemendikbud 2023 Rp1,37 Triliun

Pengalihan anggaran disetujui DPR akan digunakan untuk membiayai Program PAUD dan wajib belajar 12 tahun melalui Program Indonesia Pintar jenjang SD.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: APBN hingga Akhir Maret 2023 Masih Surplus Rp 128,5 Triliun

17 April 2023

Sri Mulyani: APBN hingga Akhir Maret 2023 Masih Surplus Rp 128,5 Triliun

Sri Mulyani mengatakan posisi APBN sampai dengan akhir Maret 2023 masih mengalami surplus Rp 128,5 triliun atau 0,61 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya

APBN April Surplus Rp 103,1 Triliun, Sri Mulyani: Baliknya Cepat Sekali

23 Mei 2022

APBN April Surplus Rp 103,1 Triliun, Sri Mulyani: Baliknya Cepat Sekali

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan APBN hingga April 2022 mengalami surplus Rp 103,1 triliun atau 0,58 persen terhadap PDB.

Baca Selengkapnya

APBN Surplus Rp 103,1 T, Sri Mulyani Beberkan Realisasi Belanja hingga April

23 Mei 2022

APBN Surplus Rp 103,1 T, Sri Mulyani Beberkan Realisasi Belanja hingga April

Sri Mulyani mengatakan pemerintah menghabiskan anggaran Rp 750,5 triliun atau 27,7 persen dari total APBN 2022.

Baca Selengkapnya

Ingin Berinvestasi? Dua Hari Lagi Ada Lelang SUN Rupiah

12 Juli 2020

Ingin Berinvestasi? Dua Hari Lagi Ada Lelang SUN Rupiah

Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Belanja Negara 73,1 Persen dari APBN

18 November 2019

Sri Mulyani Sebut Realisasi Belanja Negara 73,1 Persen dari APBN

Sri Mulyani mengatakan realisasi belanja negara baru 73 persen dari APBN.

Baca Selengkapnya

Anggaran Mobil Dinas Menteri Sudah Masuk DIPA Kemsetneg 2019

23 Agustus 2019

Anggaran Mobil Dinas Menteri Sudah Masuk DIPA Kemsetneg 2019

Pengadaan mobil dinas menteri terakhir dilakukan pada tahun 2005 dan 2009.

Baca Selengkapnya

Pendapatan Migas Negara Diperkirakan Cukup Penuhi Subsidi Energi

29 Juli 2018

Pendapatan Migas Negara Diperkirakan Cukup Penuhi Subsidi Energi

Pemerintah yakin kelebihan pendapatan minyak dan gas bumi (migas) negara (windfall profit) dapat menutupi kebutuhan subsidi energi

Baca Selengkapnya