TEMPO Interaktif, Banda Aceh:Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Abdullah Puteh menyesalkan sikap Panglima TNI Endriartono Sutarto yang menyebutkan dugaan keterlibatan dirinya dalam kelompok Gerakan Aceh Merdeka. Padahal, Puteh mengaku sebagai orang yang memperjuangkan kembalinya Kodam Iskandar Muda di Aceh. Hal itu sampaikan Puteh dalam keterangan pers di kantornya di Banda Aceh, Kamis (9/9). "Saya menyesali kenapa Pak Endriartono Sutarto tidakmengklarifikasi kepada saya soal tuduhan itu. Kita kanbersahabat. Saya menyesalikan sikap sementara pejabatkita yang bicara rata-rata saja tanpa mau menelusurilebih jauh," kata Puteh kepada wartawan yangmemenuhi ruang kerjanya. Puteh tampak tenang danbanyak menebar senyum kepada wartawan. Keterangan pers ini adalah yang pertama sejak PanglimaTNI melontarkan dugaan keterkaitan Puteh dengankelompok Gerakan Aceh Merdeka. Sebelumnya, Putehsempat terkesan berkali-kali menghindari wartawan. Menurut Puteh, tuduhan yang dialamatkan kepadanyasarat dengan muatan politis dan rekayasa politik.Padahal, kata dia, pertemuannya dengan perdana MenteriGAM Malik Mahmud di Singapura pada 1999 (sebelummenjadi gubernur Aceh) dengan perantara Sayed Mustafaadalah dalam rangka mencari solusi penyelesaian kasusAceh. Puteh mengaku mengenal Sayed Mustafa melalui RusliBintang, pengusaha Aceh di Jakarta. Saat itu, katadia, pada tahun 1999 Puteh memprakarsai sebuahseminar di Jakarta dengan tajuk "Format Ideal bagiMasa Depan Aceh". Selain mengundang sejumlah tokoh Acehdan tokoh nasional, kata dia, seminar itu jugamengundang sejumlah tokoh GAM termasuk Hasan Tiro."Saya malah ingin ketemu dengan Hasan Tiro," kataPuteh. Puteh membantah meminta dukungan untuk menjadigubernur kepada perdana menteri GAM Malik Mahmud dalampertemuan di Singapura. Ia juga membantah keteranganSayed Mustafa yang mengatakan dirinya menjanjikan 40persen hasil Aceh kepada GAM seandainya terpilihsebagai gubernur. "Saya tidak pernah menjanjikan uangberapapun untuk GAM," ujarnya. Namun, ia mengaku hanyamemberi uang Rp. 5 juta kepada Sayed Mustafa untukongkos tiket Jakarta -Singapura serta akomodasi selamadi Singapura. Puteh mengatakan bertemu dengan GAM tidak bisadijadikan ukuran seseorang itu sebagai bagian dariGAM. "Kalau bertemu GAM dijadikan ukuran, mungkinsetengah orang Aceh harus ditembak mati karena bertemuGAM," kata Puteh. Ketika ditanya wartawan apakah akan menuntut panglimaTNI karena telah mencermarkan nama baiknya, Putehmengaku tidak akan melakukan hal itu. "Saya iniorangnya bersahabat, ini bisa diselesaikan baik-baik,"ujarnya. Puteh juga mengaku siap diperiksa polisi jikasewaktu-waktu aparat penegak hukum membutuhkanketerangannya. Yuswardi A. Suud - Tempo News Room