TEMPO Interaktif, Jakarta: Dugaan pencemaran di Teluk Buyat yang menyeret PT Newmont Minahasa Raya sebagai tersangka tidak lepas dari bagaimana proses pelepasan tailing di laut kawasan Teluk Buyat. Pelepasan tailing ini sebelumnya telah disetujui Komite AMDAL yang terdiri atas KLH, pertambangan, pemerintah daerah dan lain-lain karena dinilai lebih baik dan berisiko lebih kecil. Hal ini dikatakan Kasan Mulyono, Manajer Humas Newmont kepada wartawan di Hotel JW Marriott, Jakarta, Jumat (3/9).Kasan menyatakan, ada lebih dari tiga alasan yang mendorong persetujuan pelepasan tailing di laut oleh PT Newmont Minahasa Raya. Alasan pertama kalau membangun bendungan di darat, ketika curah hujan tinggi akan meluap. Kedua, kegiatan seismik di sana besar yang akan menyebabkan jebolnya dam jika ada gempa. Ketiga, luasnya lahan yang dibutuhkan di darat untuk tempat pembangunan dam. "Di sana lahan termasuk produktif, yang konsekuensinya harus memindahkan penduduk dan lain-lainnya," ujar Kasan. Selain itu, Kasan juga mengatakan ada faktor-faktor lain yang intinya mempertimbangkan keselamatan lingkungan dan manusia. Lebih jauh dikatakan Kasan, baku mutu limbah tetap terjaga, karena industri pertambangan setiap saat atau minimal 3 bulan sekali didatangi dan dievaluasi oleh petugas Inspektur Tambang (terdiri atas departemen pertambangan dan instansi terkait). Evaluasi meliputi kegiatan produksi, keselamatan kerja, pemantauan lingkungan dan pengembangan masyarakat. Setelah AMDAL, PT Newmont memantau lingkungan berdasar Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan yang sebelumnya telah ditentukan pemerintah. "Setiap ada penyimpangan, seperti tumpah minyak pasti kita laporkan," Hal ini meyakinkan perusahaan bahwa pemerintah (Departemen Pertambangan) telah melakukan sistem evaluasinya dan perusahaan selalu memenuhi baku mutu.RR Ariyani - Tempo News Room