Seorang ibu dengan anak-anaknya mengungsi dengan memanfaatkan perahu batang pisang di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Jatim, Selasa (9/4). ANTARA/Aguk Sudarmojo
TEMPO.CO, Bojonegoro - Eskalasi banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo semakin meluas. Hingga pagi ini, tercatat sudah 14 kecamatan dari 28 kecamatan di Bojonegoro tergenang banjir. Pemerintah Bojonegoro mengumumkan status siaga merah.
Air kiriman dari hulu sungai dan anak Sungai Bengawan Solo menjadi pemicu utama peningkatan banjir. Data di papan duga Sungai Bengawan Solo menunjukkan angka 15,54 phielschaal pada pukul 08.00 WIB. Angka itu meningkat dibanding dua jam sebelumnya, hanya 15,51 phielschaal.
Diperkirakan, puncak banjir akan terjadi pada Selasa siang ini. Ketinggian air di papan duga bisa menjadi 15,80 hingga 15,90 phielschaal. Pasalnya, di hulu sungai dan anak Sungai Bengawan Solo, kondisinya juga masih penuh air.
Selain itu, pergerakan arus air di sungai juga lambat karena, di kiri-kanan anak Sungai Bengawan Solo juga luber. “Banjir ini bisa bertahan cukup lama,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bojonegoro, Budi Mulyono, kepada Tempo, Selasa, 9 April 2013.
Budi mencontohkan, di Kota Bojonegoro ini, terdapat dua sungai besar. Yaitu Kali Kening dan Kali Jetak. Permukaan air di Kali Kening juga tinggi karena curah hujan dari Bojonegoro bagian utara, yaitu Kecamatan Trucuk hingga dari Tuban, tinggi. Akibatnya, suplai air ke Bengawan Solo terus naik. Siaga merah banjir terus diumumkan kepada masyarakat.