TEMPO.CO, Madiun - Tak semua penganut Kejawen setuju dengan kekuatan yang dimiliki dukun atau tempat yang disebut keramat, yang dimanfaatkan berbagai kalangan, termasuk pejabat dan artis.
Menurut pendiri Padepokan Kejawen Roso Gumilig di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Ki Bagus Purnomo, 64 tahun, yang akrab dipanggil Purnomo itu, orang yang minta tolong pada dukun atau percaya pada tempat keramat adalah tanda manusia yang sedang bingung.
“Mereka itu manusia yang bingung. Seharusnya mendekatkan diri pada Tuhan dan orang yang bisa dijadikan teladan,” katanya saat ditemui di rumahnya Jalan Raya Solo, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Kamis, 28 Maret 2013.
Purnomo merasa prihatin dengan cara-cara sirik yang dilakukan demi mendapatkan kekayaan, jabatan, dan popularitas. Fakta itu bisa disaksikan dari prokontra Eyang Subur dan para artis yang saat ini gencar diberitakan di mediamassa, terutama media infotainment.
Menurut Purnomo, sebagai manusia tidak selayaknya meminta tolong kepada makhluk-makhluk lain selain ciptaan Tuhan. “Manusia itu sempurna dan lebih kuasa dibanding jin dan setan,” ucap kakek yang memiliki rambut dan janggut panjang yang sudah memutih itu. “Kekuatan manusia itu ada pada dirinya sendiri dengan pendekatan pada Tuhan,” ujarnya pula.
Sesepuh Kejawen itu mengakui memang ada kekuatan-kekuatan gaib melalui perantaran jin di tempat-tempat yang dikeramatkan. Ia pun tidak melarang orang mengunjungi tempat-tempat tersebut. Namun tidak melakukan cara-cara yang bersifat sirik.
Di Jawa, kata Purnomo, banyak petilasan bekas peninggalan raja, bangsawan, dan ulama. ”Boleh-boleh saja mengunjungi tempat keramat dengan niat melestarikan ajaran beliau atau melestarikan budaya Jawa.”
ISHOMUDDIN