TEMPO.CO, Palembang - Kepergian Sersan Satu Santoso ke alam baka masih menyisakan kesedihan yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Prajurit yang bertugas di Batalyon 22 Grup II Kopassus Kandang Menjangan Kartasura, Solo, ini tewas dikeroyok. Meskipun bersedih, keluarga istrinya mengaku ikhlas melepas kepergian Sersan Santoso untuk selama-lamanya.
"Kami ikhlas dan kami juga berharap agar sebab-musabab kematiannya dapat segera diungkap," kata Hj Jamilah, Rabu, 27 Maret 2013, melalui sambungan telepon. Jamilah merupakan mertua dari Sersan Santoso, yang menikahi anaknya setahun silam. Menurut Jamilah, beberapa hari menjelang kematian menantunya itu, dia tidak mendapatkan firasat apa pun. "Kematiannya benar-benar mengagetkan kami. Karena kematiannya itu tidak wajar," ujar Jamilah.
Sayangnya, istri Sersan Santoso, Indria Afriani, belum dapat dimintai tanggapan atas kematian suaminya. Jamilah meminta Tempo tidak mewawancarai putrinya itu. Jamilah khawatir mental Indria, yang tengah mengandung anak pertama, terganggu akibat kedatangan wartawan. "Jangan dulu diwawancarai ya, kalau ada pertanyaan silakan ibu saja yang menjawab," ujar Jamilah.
Di mata Jamilah, menantunya itu merupakan pribadi yang menarik dan supel, sehingga memiliki banyak teman di mana-mana. Namun dia yakin kematian menantunya itu bukan karena persoalan pribadi. "Kalau secara pribadi, dia tidak punya musuh. Kami tidak tahu kalau di luar itu."
Kabar duka pertama-tama diterima keluarga dari media massa yang memberitakan kasus tersebut. Baru setelah itu pihak keluarga mendapatkan kabar resmi dari atasan Sersan Santoso melalui sambungan telepon. "Kami dapat informasi pertama dari pemberitaan di media massa."
PARLIZA HENDRAWAN
Topik Terhangat: Kudeta || Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas
Berita Lainnya:
Firasat Buruk Pemindahan Tahanan Lapas Sleman
Penyerangan LP Sleman Terencana, Ini Indikasinya
BIN: Senjata Penyerang LP Sleman Bukan Standar TNI
Siapa Tak Trauma Lihat Serangan Penjara Sleman