Bentrokan Antar-Pendulang Emas, Tiga Tewas

Reporter

Sabtu, 16 Maret 2013 20:38 WIB

Puluhan tenda penambang emas tradisional berada dikawasan bukit Samarekat, Desa Tano, Kecamatan Pototano, Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, Sabtu (1/9). ANTARA/Ahmad Subaidi

TEMPO.CO, Timika - Tiga orang pendulang emas tradisional tewas sejak terjadi konflik antar-pendulang emas tradisional, area PT Freeport Indonesia, Mile 34, Mimika, Papua, yang terjadi sejak Jumat 15 Maret 2013. Mereka adalah Fitron, warga Banyuwangi, Rusli, warga Buton, dan Atinus Mom, warga Suku Damal. Pertikaian antar-pendulang emas tradisional dipicu oleh persilihan antara penduilang emas tradisional asal Papua dan pendulang emas tradisional non-Papua.

Jenazah Atinus Mom ditemukan warga pada Sabtu 16 Maret 2013 sekitar pukul 10. 02 WIT. Belasan warga mengusung jenazah Atinus Mom dari wilayah sekitar Kali Kabur ke Distrik Kwamki Narama, sekitar 15 kilometer.

Konfik ini bermula ketika dua orang pendulang asal Papua, Tekau Mom, 19 tahun, dan Jemy Mom, (34) menuju ke Kali Kabur, Mile 34 area PT Freeport Indonesia, untuk melihat jerat yang sudah dipasang pada Jumat, 15 Maret 2013. Tiba-tiba, kedua pendulang ini dihadang sekitar 30-an pendulang lainnya. Ketiga puluh pendulang non-Papua ini kemudian menuduh Tekau dan Jemy sebagai pencuri barang-barang para pendulang di tenda milik para pendulang non-Papua. Tekau dan Jemy berusaha meyakinkan puluhan pendulang emas tradisional yang menghadang mereka. "Saya berusaha meyakinkan bahwa kami datang ke situ (Kali Kabur) untuk melihat jerat, bukan mencuri barang-barang mereka," kata Tekau yang terbaring di RS Mitra Masyarakat karena luka senjata tajam, Sabtu, 16 Maret 2013.

Puluhan pendulang emas yang menghadang tidak percaya akan penjelasan Tekau dan Jemy. Mereka bahkan mengejar keduanya. Naas bagi Tekau, ia tertangkap dan dikeroyok para pendulang dengan senjata tajam. Sementara Jemy Mom berhasil melarikan diri. Tekau yang tertangkap sempat diseret dan ditenggelamkan ke Kali Kabur.

Tekau yang sekarat kemudian disuruh pulang. Pada Jumat, Tekau berhasil sampai rumahnya di Kwamki Narama (Lama), sambil memegangi luka sayatan parang di pundak sebelah kanan dan pipi kanan akibat terkena parang. Tekau kemudian diantar polisi dari Unit Perintis ke RS Mitra Masyarakat.

Polisi menemukan mayat di Mile 29, Area PT Freeport Indonesia, yang diketahui bernama Fiutron, Jumat, 15 Maret 2013. Pada jenazah Fiutron ada luka sayatan benda tajam di bagian leher hingga kepala bagian belakang, luka potong kaki kiri dan kanan. Serta sayatan benda tajam di siku kanan dan luka tujuh anak panah di bagian pinggul. Menjelang senja, jenazah Etinus dievakuasi ke RS Umum Daerah Mimika.

Di dekat jenazah Fitron ditemukan pendulang lainnya. Baharuddin menderita luka akibat benda tajam di sekujur tubuhnya. Sekarang ia dirawat di RS Mitra Masyarakat dalam kondisi kritis. Puluhan polisi pada Jumat malam disiagakan di Kwamki Narama. Sementara puluhan warga Kwamki Narama bersiaga dengan senjata tradisional di beberapa wilayah Kwamki Narama.

Situasi Kota Timika yang masih tegang menjadi semakin mencekam di Mile 32, Distrik Kuala Kencana, Mimika, Papua pada Sabtu, 16 Maret 2013. Polisi kembali menemukan mayat, yaitu Rusli (40), warga Buton. Warga Satuan Pemukiman (SP) 2 ini sehari-hari bekerja sebagai penjaga kios di areal pendulangan Mile 32. Polisi menduga Rusli tewas setelah dikeroyok puluhan warga yang belum diketahui identitasnya.

Sabtu subuh, sekelompok pendulang non-Papua yang hendak ke Kota Timika dihadang puluhan warga Papua yang sudah berjaga-jaga di dalam hutan. Bentrok antara dua kelompok warga ini tidak bisa dihindari. Puluhan orang saling berkejaran dan saling serang.

Rusli yang pagi itu sedang menjagai kiosnya sempat ikut melarikan diri. Tetapi malang ia tertangkap dan dikeroyok puluhan orang hingga tewas. Jenazah Rusli ditemukan di tengah jalan dengan luka di sekujur tubuhnya. Rusli menderita empat luka panah di perut kanan, satu panah di bagian dada, kepala bagian depan, dan belakang memar akibat dipukul menggunakan batu.

Puluhan polisi disiagakan di Mile 32 dan di sejumlah wilayah pendulangan untuk mencegah terjadinya bentroka antar-warga ini. Pada Sabtu siang polisi kemudian menutup areal pendulangan dan mengevakuasi seluruh pendulang emas tradisional. Sebagian pendulang yang tidak memiliki tempat tinggal di Timika dievakuasi ke Gedung Eme Neme Yauware, Timika Indah, Timika.

Kepala Kepolisian Resor Mimika, Ajun Komisaris Besar Jeremias Rontini, di hadapan warga Kwamki Narama mengatakan polisi menyambut baik keinginan warga Suku Damal untuk mengosongkan seluruh area pendulangan. "Saat ini kami masih menyelidiki kasus ini. Kami sambut baik keinginan warga untuk mengosongkan pendulangan," kata Rontini.

Menurut Rontini, polisi sudah mengevakuasi sebanyak 1.600 pendulang emas tradisional ke Kota Timika. Polisi, kata Rontini, akan meningkatkan patroli dan menyisir seluruh area pendulangan.

TJAHJONO EP

Berita terkait

Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

25 April 2016

Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.

Baca Selengkapnya

Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

25 April 2016

Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.

Baca Selengkapnya

Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

24 April 2016

Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.

Baca Selengkapnya

Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

8 September 2015

Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

11 Agustus 2015

Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.

Baca Selengkapnya

Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

11 Agustus 2015

Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

10 Agustus 2015

Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.

Baca Selengkapnya

Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

10 Agustus 2015

Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.

Baca Selengkapnya

Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

10 Agustus 2015

Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Baca Selengkapnya

Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

10 Agustus 2015

Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.

Baca Selengkapnya