Proyek Kali Lereng Merapi Dinilai Tak Transparan  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Minggu, 10 Februari 2013 17:56 WIB

Aktivitas Gunung Merapi mulai meningkat namun para penambang pasir tetap semarak di Kali Gendol, Cangkringan, Sleman. TEMPO/Arif Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Normalisasi sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi pascaerupsi 2010 memang sangat penting dilakukan. Sebab, mayoritas sungai penuh dengan material vulkanik. Namun, program itu juga dipersoalkan oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebab, dana yang dikucurkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke Pemerintah Kabupaten Sleman tidak transparan penggunaannya.

"Jelas-jelas normalisasi sungai itu ada jual-beli pasir dan batu, maka dana yang dikucurkan dan didapat perlu dipertanyakan," kata Suparlan, Direktur Walhi Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad, 10 Februari 2013.

Ia bahkan menuding bahwa normalisasi sungai-sungai seperti Kali opak, Gendol, Boyong, dan Kuning itu hanya kedok. Sebab, setelah ada observasi ke sungai, tidak ada prosedur yang jelas dalam melakukan normalisasi untuk mitigasi bencana. Selain itu, ada jual-beli material yang jelas mendatangkan keuntungan bagi beberapa pihak.

Jual-beli pasir dan batu yang terjadi adalah legalitas, antara pemberi izin dan yang diberi izin. Artinya, program normalisasi itu sebenarnya tidak ada. Yang ada adalah jual-beli material atau penambangan pasir dan batu untuk diperjualbelikan.

Selain itu, fakta yang terjadi, penambangan pasir, kerikil dan batu di sungai-sungai itu juga tidak semua material diambil. Tetapi hanya material yang dinilai ada sisi ekonomisnya yaitu pasir, kerikil, dan batu. Namun, material yang tidak bernilai ekonomis ditinggal.

"Peraturannya juga tidak jelas menyebutkan durasi penambangan. Sehingga ada yang menambang sampai malam hari," kata dia. Ia menambahkan, sarana dan prasarana, waktu atau durasi dalam melakukan normalisasi, dan skema normalisasi juga tidak jelas. Sebab, jika itu program normalisasi sungai, harus jelas durasi waktu dan pemetaannnya. Selama ini juga tidak ada kontrol lebar dan dalamnya sungai yang dinormalkan. Yang terjadi, ada sungai yang seharusnya hanya berkedalaman 6 meter dikeruk hingga 10 meter.

"Kami berharap pemerintah betul-betul mengawasi program normalisasi sungai sesuai dengan mitigasi bencana yang akan ditimbulkan," kata Suparlan.

Menurut Heri Suprapto, Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, di wilayahnya sungai yang dinormalkan yaitu Kali Gendol sepanjang 7 kilometer. Ada sebanyak 24 backhoe atau alat berat yang difungsikan sebagai alat pengeruk. Yaitu 15 alat di sungai dan sembilan di perkampungan dan lahan pertanian. "Setiap titik, harga pasir berbeda-beda," kata dia.

Ia menambahkan, untuk transaksi jual-beli pasir, ditangani setiap dusun. Per truk rata-rata Rp 120 ribu hingga Rp 150 ribu. Setiap rit, pihak desa mendapatkan Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu. Selama dua tahun setelah erupsi 2010, Desa Kepuharjo mendapatkan sekitar Rp 600 juta.

Dana itu untuk pembangunan desa, dana abadi, dan dana sosial. Di setiap dusun, warga juga mendapatkan pembagian keuntungan dari penjualan material itu. Soal penambangan pasir itu sudah diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2010 per Desember 2010 yang lalu. Untuk pasir bahan bangunan dikutip Rp 25 ribu per meter kubik, sedanglan pasir campur kerikil Rp 20 ribu per meter kubik.

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Mineral Kabupaten Sleman, Widi Sutikno, sulit dihubungi. Namun, beberapa waktu lalu ia pernah menyatakan Pemerintah Kabupaten Sleman selama 2 tahun selepas erupsi menerima pemasukan hasil galian C sebesar Rp 12 miliar.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

6 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

13 hari lalu

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

28 hari lalu

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

29 hari lalu

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.

Baca Selengkapnya

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

38 hari lalu

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

54 hari lalu

Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Tiga dari tujuh awan panas guguran tadi sore jarak luncurnya melampaui 2.000 meter.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

54 hari lalu

Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tujuh kali pada Senin sore. Awan panas menuju arah barat daya.

Baca Selengkapnya

Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

57 hari lalu

Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

Destinasi destinasi di lereng Merapi menjadi salah satu favorit wisatawan saat berakhir pekan.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, Upacara Giri Kerti Digelar Di Kaliurang

24 Februari 2024

Sambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, Upacara Giri Kerti Digelar Di Kaliurang

PHDI menggelar Upacara Giri Kerti untuk menyambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, di Kaliurang Park, Hargobinangun, Pakem, Sleman

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Terasa Gerah dalam Beberapa Hari Terakhir, Ini Penyebabnya

20 Februari 2024

Yogyakarta Terasa Gerah dalam Beberapa Hari Terakhir, Ini Penyebabnya

Gerahnya suhu cuaca di Yogyakarta itu dirasakan warga menyusul makin jarangnya hujan turun terutama di wilayah perkotaan.

Baca Selengkapnya