PBB Tetapkan Perjanjian Turunkan Emisi Merkuri

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Minggu, 13 Januari 2013 03:02 WIB

Merkuri. scientificamerican.com

TEMPO.CO , Jakarta - Negara-negara berkembang menghadapi masalah kesehatan dan risiko lingkungan dari paparan merkuri yang meningkat. Laporan PBB menjelaskan bahwa pertumbuhan skala kecil pertambangan dan pembakaran batu bara adalah alasan utama peningkatan emisi itu.

Menurut PBB, akibat dari industrialisasi yang pesat, Asia Tenggara adalah penghasil terbesar dan penyumbang hampir setengah dari emisi merkuri setiap tahun. Global Mercury Assessment 2013 yang diterbitkan Program Lingkungan PBB (UNEP) menunjukkan emisi skala kecil pertambangan emas di Asia, Afrika dan Amerika Selatan menjadi dua kali lipat sejak tahun 2005.

Pada tahun 2009, negara-negara melalui UNEP Governing Council sepakat memulai perundingan untuk membentuk perjanjian yang mengikat secara hukum agar memotong emisi merkuri dari aktivitas manusia. Pekan depan di Jenewa, pejabat pemerintah lebih dari 100 negara akan memulai negosiasi akhir untuk menetapkan perjanjian untuk penurunan permintaan merkuri global pada 2015.

Laporan tersebut menyatakan bahwa emisi global merkuri ke udara pada tahun 2010 dari aktivitas manusia diperkirakan mencapai 1.960 ton. Namun ternyata telah terjadi pergeseran besar dalam pola regional. Pertumbuhan ekonomi telah mendorong peningkatan emisi di selatan dan timur Asia yang kini menyumbang sekitar setengah dari emisi global.

Merkuri, bahan berat berwarna putih keperakan adalah bahan cair pada suhu kamar dan dapat menguap dengan mudah. Dalam bentuk alami ditemukan pada bebatuan termasuk kapur dan batu bara.

Merkuri dapat dilepaskan ke lingkungan melalui sejumlah proses industri, seperti produksi pertambangan, logam maupun pembakaran bahan bakar fosil. Setelah dipancarkan, merkuri tetap dalam lingkungan dalam waktu yang lama. Merkuri akan beredar melalui udara, tanah, air dan organisme hidup serta dapat tersebar dalam jarak yang sangat jauh.

WHO mengatakan bahwa merkuri sangat beracun bagi kesehatan. Penilaian UNEP bahwa konsentrasi merkuri pada kedalaman 100 meter lautan dunia menunjukkan 2 kali lipat dibandingkan abad lalu.

BBC | ISMI WAHID

Berita terpopuler lainnya:
Akun Twitter Angelina Sondakh Dibajak

7 Eksekutif Super Tajir Yang Gemar Bangun Pagi

Andi Mallarangeng dan Elang Hitam, Ini Alasannya

Berita terkait

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

25 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

33 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

43 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

49 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

9 Februari 2024

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak negara pesisir Samudera Hindia untuk menggenjot sistem mitigasi tsunami, mencakup kesiagaan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

10 Oktober 2023

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

Pabrik pengolahan jagung PT Global Solid Agrindo (PT GSA) dilaporkan warga ke Ombudsman karena diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

5 Oktober 2023

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

Pandawara Group mengunggah video terbaru yang berisi permohonan maaf hingga memberi klarifikasi terkait tujuan bersihkan Pantai Cibutun Loji Sukabumi

Baca Selengkapnya